Rabu, 04 Mei 2016
LAPORAN PRAKTIKUM
MATA
KULIAH TANAH DAN PEMUPUKAN (PDB1007)

Oleh:
Dea
Nabilah Anggasta
NIM
A0A015032
Rombongan:
2
Kelompok:
3
PJ
Asisten:
Yona
Azalia Chernovita
Yeni
Fatimah
KEMENTERIAN
RISET, TEKNOLOGI, DAN PERGURUAN TINGGI
UNIVERSITAS
JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS
PERTANIAN
PURWOKERTO
2016
KATA
PENGANTAR
Puji dan syukur kami
panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan LAPORAN PRAKTIKUM Tanah dan Pemupukan.
Laporan Praktikum ini disusun dalam rangka penulisan hasil praktikum tanah dan
pemupukan yang telah dilakukandan untuk mendapatkan nilai mata kuliah tanah dan
pemupukan.
Saya mengucapkan terimakasih
kepada dosen serta staf pengajar dan penanggungjawab assisten praktikum mata
kuliah tanah dan pemupukan yang selalu membimbing dan mengajari saya dalam
melaksanakan praktikum dan menyusun
laporan praktikum, serta semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
laporan praktikum ini.
Semoga laporan
praktikum ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Penulis menyadari bahwa dalam
penyusunan laporan praktikum ini belum sempurna. Hal ini disebabkan
keterbatasan penulis, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari
pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaan karya tulis ini.
Purwokerto,
29 April 2016
Penulis
DAFTAR
ISI
Halaman
LAPORAN PRAKTIKUM
TANAH DAN
PEMUPUKAN
ACARA I
PENYIAPAN CONTOH TANAH

Oleh:
Dea
Nabilah Anggasta
NIM
A0A015032
KEMENTERIAN
RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS
JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS
PERTANIAN
PURWOKERTO
2016
I.
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Manusia yang hidup
dipermukaan bumi amat tergantung kepada tanah. Sebaliknya suatu tanah pertanian
yang baik ditentukan oleh sampai sejauh mana manusia itu cukup terampil
mengelolanya, sehingga justru bukan kebalikannya yang terjadi yaitu kesalahan
dalam mengelola akan dapat mengakibatkan kerusakan-kerusakan tanah dipandang
dari kesuburannya.
Tanah-tanah diatas
tempat kita hidup dan sangat dibutuhkan kesejahteraan adalah merupakan tubuh
alam yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman untuk pertumbuhannya. Tanaman ini
sangat dibutuhkan manusia untuk keperluan makan, pakaian, dan lain-lain.
Sama halnya seperti
manusia, maka hewanpun tergantung hidupnya kepada tanaman. Produk susu,
protein-daging, wool dari hewan ini dapat pula dimanfaatkan manusia. Standar
hidup manusia seringkali ditentukan sampai mana manusia itu dapat secara terus
menerus mempertahankan kualitas tanahnya, supaya tanaman ataupun hewan dapat
berproduksi dengan baik.
Sejarah berkembangnya
ilmu tanah awalnya mencari lahan
subur dengan cara sistem tebas bakar (shifting cultivation). Adanya
perkembangan penduduk, lahan semakin sempit dan sulit mencari lahan baru, maka
mulailah ilmu tanah dipelajari.
B.
TUJUAN
Menyiapkan
contoh tanah kering angin / udara dengan diameter 2 mm dan contoh tanah halus
(diameter 0,5) yang digunakan untuk penetapan kadar air, derajat kerut tanah
dan pengenalan contoh tanah dengan indra.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Tanah
mempunyai sifat kompleks, terdiri atas komponen padat yang berinteraksi dengan
cairan dan udara. Komponen pembentuk tanah merupakan padatan, cairan dan udara
jarang berada dalam kondisi setimbang, selalu berubah mengikuti perubahan yang
terjadi di atas permukaan tanah yang dipengaruhi oleh suhu udara, angin dan
sinar matahari.
Pengambilan
contoh tanah merupakan tahap penitng untuk penetapan sifat-sifat fisik tanah di
laboratorium. Prinsipnya, hasil analasis sifat fisik tanah harus dapat
menggambrakan keadaan sesungguhnya dari sifat fisik tanah di lapangan.
Pengambilan
contoh tanah merupakan tahapan terpenting di dalam program uji tanah. Analisis
kimia dari contoh tanah yang diambil diperlukan untuk mengukur kadar hara,
menetapkan status hara tanah dan dapat digunakan sebagai petunjuk penggunaan
pupuk dan kapur secara efisien, rasional dan menguntungkan. Namun, hasil uji
tanah tidak berarti apabila contoh tanah yang diambil tidak mewakili areal yang
dimintakan rekomendasinya dan tidak dengan cara yang benar. Oleh karena itu
pengambilan contoh tanah merupaka tahap penting di dalam program uji tanah.
Pengambilan
contoh tanah sangat berpengaruh pada tingkat kebenarah hasil analisis sifat
fisik maupun sifat kimia tanah. Ada 3 cara pengambilan contoh tanah yaitu:
1.
Contoh Tanah
Utuh (Undisturbed Soil Sample)
Digunakan untuk
penetapan berat jenis isi (bulk density), berat jenis partikel (particle
density), porositas tanah, kurva pF dan permeabilitas tanah.
2.
Contoh Tanah
Tidak Utuh Terganggu (Disturbed Soil Sample)
Digunakan untuk
penetapan kadar air tanah, tekstur tanah, konsistensi tanah, warna tanah dan
analisis kimia tanah.
3.
Contoh Tanah
dengan Agregat Utuh (Undisturbed Soil Agregate)
Digunakan untuk
penetapan kemantapan agregat potensi mengembang dan mengkerut yang diyatakan
dengan dilai COLE (Coefficient od Linier Exsibility).
Kelemahan
penetapan sifat-sifat fisik tanah di laboratorium, antara lain dapat terjadi
penyimpangan data akibat pengambilan contoh tanah yang tidak tepat, metode,
waktu pengambilan maupun jarak tempuh pengiriman contoh tanah ke laboratorium
yang terlalu lama/jauh, sehingga menyebabkan kerusakan contoh tanah.
Pengambilan contoh tanah untuk penetapan sifat-sifat fisik tanah dimaksudkan
untuk mengetahui sifat-sifat fisik tanah pada satu titik pengamatan, misalnya
pada lokasi kebun percobaan atau penetapan sifat fisik tanah yang menggambarkan
suatu hamparan berdasarkan poligon atau jenis tanah tertentu dalam suatu peta
tanah. Penetapan tekstur tanah dan stabilitas agregat tanah dilakukan
menggunakan contoh tanah komposit tidak terganggu (undisturbed soil sample),dengan
harapan dapat memberikan gambaran sifat-sifat fisik tanah suatu bidang lahan
dengan luasan tertentu yang relatif homogen.
Karakteristik jenis tanah yang biasanya digunakan
dalam praktikum tanah dan pemupukan digunakan dalam percobaan adalah sebagai
berikut:
1.
Tanah Entisol
Entisol bertekstur pasiran dengan pasiran dengan
porositas sifat fisik tanah entisol yaitu permeabilitas rendah sehingga kurang
menangkap air. Entisol umumnya mempunyai bertekstur pasir dengan diameter 0,05
mm-2,0 mm. Kepadatan tanah emtisol ditunjukkan dengan porositas total dari
suatu material, dimana pori total terdiri dari pori mikro dan makro. Semakin
banyak pori makro maka tanah tersebut akan mempunyai kapasitas memegang air
yang besar. Tanah mempunyai tekstur halus punya porositas total besar dan
jumlah pori makro besar sehingga kapasitas memegang air juga besar.
2.
Tanah Alfisol
Alfisol pada umumnya berkembang dari batu kapur,
olivin, tufa dan lahar. Bentuk wilayah beragan dari bergelombang hingga
tertoreh, tekstur berkisar antara sedang dan halus, drainasenya baik. Reaksi
tanah berkisar antara agak masam hingga netral, kapasitas tukar kation dan
basanya beragam dari rendah hingga tinggi, bahan organik pada umumnya sedang
hingga rendah. Jeluk tanah dangkal hingga dalam, Mempunyai sifat kimia dan
fisika relatif baik. Alfisol cukup tahan dengan erosi. Alfisol adalah tanah
relatif muda, masih banyak mengandung mineral primer yang mudah lapuk, mineral
liat kristalin dan kaya akan unsur hara. Namun demikian, bahay erosi dapat terjadi
mengingat angka kadar lengas tanah ini kecil dan tanah ini banyak didaerah yang
berlereng. Bahaya erosi juga dapat menyebabkan horison argilik muncul di
permukaan dan tanah menjadi kurang baik. Air perlokasi juga tidak begitu banyak
akibat pengendapan argillan. Hal ini menghambat air meresap lebih jauh ke dalam
tanah.
3.
Tanah Ultisol
Biasanya jenis tanah ini lembab. Tanah dengan horison
argilik dan kandungan basa rendah sehingga bersifat masam. Tanah Ultisol ini
juga memiliki kandungan lempung( tidak sebanyak vertisol dan rendzina). Pada
tanah ini terjadi pembentukan plinthite dan fragipan sehingga drainase
mengakibatkan gerakan air dalam tanah terhambat. Angka Kadar lengas Ultisol
juga kecil, bahkan lebih kecil daripada Alfisol. Artinya tanah Alfisol memiliki
kadar lengas yang lebih buruk daripada Alfisol.
4.
Tanah Rendzina
Rendzina merupakan tanah dengan epipedon millik. Tanah
Rendzina adalah jenis tanah Mollisol yang merupakan tanah yang subur dengan
hanya sedikit pencucian sehingga kejenuhan basa tinggi. Sifat fisik tanah ini
sangat baik karena tidak keras walaupun dalam keadaan kering sehingga mudah
diolah. Tanah Rendzina mempunyai epipedon dengan mollik yang terbentuk dari
hasil perombakan bahan organik dengan bantuan mikroorganisme tanah. Horison tanah
ini adalah horison A. Perlokasi tanah Rendzina baik, namun apabila tanah ini
terlalu kering akan peka terhadap erosi. Hal ini terjadi karena kandungan bahan
organik yang banyak. Infiltrasi menjadi sangat kuat dan mudah mengalami
kekeringan.
5.
Tanah Vertisol
Vertisol merupakan tanah yang memiliki sifat khusus
yakni mempunyai sifat vertik, hal ini disebabkan terdapat mineral liat tipe 2:1
yang relatif banyak. Karena itu dapat mengkerut jika kering dan mengembang jika
jenuh air. Vertisol merupakan tanah lempung berat (lempung >30%), kelap kali
bewarna gelap, di daerah dataran luas yang mempunyai musim kering tegas. Selain
itu tanah vertisol juga mempunyai ciri lain yaitu timbulan gilgai atau cermin
sesar pada suatu jeluk yang tidak terlalu dalam. Lempung dalam vertisol
merupakan lempung montmomilonit yang mengembang dan mengkerut. Kadar bahan
organik dalam Vertisol acap kali tidak lebih dari 0,5 atau 1 %. Tanah ini
sangat rentan terhadap erosi air. Vertisol memiliki pengikatan air yang tinggi
pada saat musiom hujan, namun sangat buruk pada musim kering.
III.
METODE PRAKTIKUM
A.
ALAT
DAN BAHAN
Alat-alat yang
digunakan dalam praktikum penyiapan contoh tanah diantaranya adalah mortir dan
penumbuknya, saringan (2 mm, 1 mm, 0,5 mm), tabir untuk peranginan, kantong
plastik, spidol untuk menulis label. Sementara itu bahan yang digunakan untuk
menyiapkan contoh tanah adalah contoh tanah terganggu yang telah diambil dari
lapang dan sudah dikeringkan selama kurang lebih satu minggu.
B.
CARA
KERJA
1.
Contoh tanah
yang sudah dikeringkan ditumbuk dalam mortir secara hati-hati, kemudian diayak
dengan saringan secara berturut-turut dari yang berdiameter 2 mm, 1 mm, dan 0,5
mm. Contoh tanah yang terapung diatas saringan 1 mm adalah contoh tanah yang
berdiameter 2 mm, sedang yang lolos saringan 0,5 mm adalah contoh tanah halus
(<0,5 mm).
2.
Contoh tanah
yang diperoleh dimasukan ke dalam kantong plastik dan diberi label seperlunya.
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
Pengertian
tanah menurut para ilmuwan ada berbagai macam, menurut Joffe (1949) dan Yustus von Liebig (1940) Tanah adalah laboratorium kimia di alam yang
menyediakan hara tanaman. Menurut Bremmer (1958) Tanah adalah bagian
permukaan kulit bumi akibat pelapukan secara kimia, fisik dan adanya kegiatan
berbagai tumbuhan dan hewan.
Menurut
cabang ilmu tanah dibagi menjadi 2 yaitu Pedologi merupakan mempelajari hubungan ilmu
tanah dengan proses pembentukan tanah beserta faktor-faktor pembentuknya.
Termasuk cabang pedologi adalah : klasifikasi tanah, survei tanah, geomorfologi
dsb. Dan Edaphologi merupakan mempelajari tanah yang
dihubungkan dengan produksi pertanian.
Termasuk cabang ilmu edaphologi adalah kesuburan tanah tanah,
mikrobiologi tanah, pengelolaan tanah
dan air, dsb.
Dapat
disimpulkan Tanah adalah akumulasi tubuh alam yang men-duduki sebagian besar
permukaan bumi terdiri
dari
bahan mineral, bahan organik, air dan udara, berfungsi sebagai media tumbuhnya
tanaman, terbentuk akibat adanya iklim dan organisme terhadap batuan pada
tempat dan waktu tertentu.
Faktor-faktor
pembentukan tanah antara lain yaitu:
1.
Bahan induk
( Batuan )
Bahan induk
terdiri dari:
a.
Batuan Beku
§ Batuan Beku
Atas (Batuan Volkanik)
§ Batuan Beku Gang (magma membeku di antara
sarang magma dan
permukaan bumi)
§ Batuan Beku
Dalam (magma membeku di dalam bumi)
b.
Batuan Sedimen
Sifat utama Batuan sedimen adalah berlapis bidang-bidang perlapisan.
Batuan sedimen terdiri dari:
§ Batuan endapan
tua
Berupa endapan
laut, contoh: batu gamping
(CaCO3; CaMg(CO3)2, batu pasir (SiO2), batu liat.
§ Bahan endapan
baru
Merupakan
batuan yang belum menjadi batu terbentuk
karena
diendapkan oleh air, dataran banjir, diendapkan oleh angin.
Misal:
pasir pantai
c.
Batuan Metamorfik
Berasal dari batuan beku dan sedimen akibat tekanan
dan suhu yang relatif tinggi. Contohnya batu kapur
karbonat dapat berubah menjadi marmer, batu pasir dapat
berubah menjadi kuarsit.
d.
Bahan induk organik
Terdapat di rawa-rawa yang selalu tergenang air.
2.
Organisme
Kegiatan organisme tanah berpengaruh terhadap
akumulasi bahan organik, siklus unsur hara, pembentukan struktur tanah yang
stabil. Unsur N dapat
diikat ke dalam tanah dari udara oleh bakteri penambat N, baik yang simbiosis
maupun yang non simbiosis. Vegetasi yang tumbuh
di daerah tersebut dapat digunakan sebagai pencegah erosi tanah. Tanaman berdaun sedikit, misal cemara, pinus
menyebabkan tanah bereaksi masam, sebaliknya tanaman berdaun lebat seperti jati
menyebabkan tanah bereaksi basa, karena seresah tanaman jati banyak mengandung
basa-basa. Tanah di bawah
pohon pinus biasanya lebih masam daripada tanah di bawah pohon jati. Pencucian basa-basa lebih intensif pada tanah
di bawah pohon pinus.
3.
Waktu
Waktu berpengaruh dalam pembentukan tanah, sehingga
terbentuk:
a.
Tanah muda
Sifat tanah
masih didominasi oleh sifat bahan induknya.
Terbentuk horison A dan horison C. Contoh: Entisol
b.
Tanah dewasa
Dicirikan oleh
terbentuknya horison B.
Termasuk
tanah dewasa: Inceptisol, Vertisol dan Mollisol.
c.
Tanah Tua
Terjadi
perubahan yang lebih nyata pada horison A dan B, sehingga terbentuk
horison-horison: A1, A2, A3, B1, B2,
B3. Pencucian
basa-basa makin meningkat, sehingga tinggal mineral yang sukar lapuk dalam
tanah. Tanah menjadi masam, misalnya:
Ultisol, Oxisol.
4.
Iklim
Iklim merupakan faktor
yang sangat penting dalam proses pembentukan tanah. Suhu dan curah hujan berpengaruh terhadap intensitas
reaksi kimia dan fisika di dalam tanah.
Setiap suhu naik 10oC maka laju reaksi menjadi 2 kali lipat. Suhu dan curah hujan yang
tinggi menyebabkan pelapukan dan pencucian berjalan cepat, shg terbentuk tanah
masam (misal: Ultisol)
5.
Topografi (relief)
Topografi berpengaruh terhadap pembentukan tanah
melalui cara: Mempengaruhi
jumlah air hujan yang meresap atau ditahan massa tanah. mempengaruhi dalamnya air tanah, mempengaruhi besarnya erosi, mengarahkan gerakan air berikut bahan-bahan yang
terlarut di dalamnya.
Macam-macam tanah yang
digunakan saat praktikum yaitu tanah vertisol, tanah inceptesol, tanah ultisol,
tanah entisol, tanah andisol.
Cara pengambilan contoh
tanah:
1. Pengambilan contoh tanah terganggu:
§ Ratakan
dan bersihkan lapisan tanh yan diambil sampel
§ Apabila
hanya untuk mengetahui tekstur dan kandungan hara tanah, maka contoh anah bias
langsung dimasukan kedalam plastic sebanyak 1 kg untuk dianalisis
dilaboratorium stelah dilakukan pengeringan pada suhu 30-350 C dan
penggilingan.
§ Semua
contoh tanah dilaboratorium sebelum dilakukannya analisa harus dijaga supaya
tidak terganggu, tidak rusak dan berubah warna.
§ Buat
daftar dengan lebel keadaan tanah, waktu pengambilan dan lokasi.
2. Pengambilan
contoh tanah tidak terganggu
§ Bersihkan
permukaan tanah dari rerumputan dan sampah-sampah.
§ Ring
sampel diletakan pada tanah dengan bagian yang runcingnya dibawah, kemudian
buat lingkaran dengan pusat yang sama dengan ring sampel
dengan garis tengah 2 kali lebih besar. Terlebih dahulu ring dan
tutupnya ditimbang beratnya dan dicatat.
§ Lingkaran
diluar ring sampel ini kemudian digali sehingga terbentuk lubang lingkaran
sedalam lebih kurang 30 cm, hal ini dimaksudkan agar ring sampel dapat dengan
mudah ditekan dan masuk kedalam tanah.
§ Dengan
menggunakn tangakai penekan ring sampel yang terbuat dari besi, maka ring
sampel ini ditekan dengan hati-hati secara vertical, kalau ternyata sudah keras
sedangkan ring masih harus dimasukan terus maka dapat dipukul-pukul palu
perlahan-lahan.
§ Setelah
tanah yang berada didalam ring sampel kira-kira sudah muncul diatas bibir ring
bagian atas maka penekanan dihentikan kemudian bagian bawahnya dipotong pisau
dengan skop.
§ Ring
yang sudah diisi tanah tersebut kemudian diratakan dengan pisau tajam dan
tipis sehingga kedua permukaan betul-betul rata dengan kedua bibir ring
sampel tadi dan setelah itu kedua bagian muka tanah tersebut ditutup dengan
tutup ring yang terbuat dari plastik.
§ Ring
sample yang sudah berisi tanah utuh ini kemudian dimasukan kedalam kotak agar
aman dalam pengangkutan dan sedapat mungkin segera dianalisa.
§ Untuk
penetapan stabilitas agregat cukup dengan mengambil lapisan yang sesuai dengan
kedalaman perakaran tanaman.
3. Pengambilan
contoh tanah komposit
§ Suatu
contoh komposit harus mewakili suatu bentuk lahan atau luas yang akan
dikembangkan untuk pertanian atau tujuan tertentu.
§ Salah
satu cara pengambilan contoh komposit ialah dengan metode acak.
§ Permukaan
tanah yang akan diambil contohnya harus bersih dari rumput-rumputan, sisa
tanaman, bahan organicsegar/serasah dan batu-batuan atau kerikil.
§ Contoh
komposit ini biasanya diambil dari lapisan 0-20 cxm, atau 0-20 cm dan 0-40 cm
sebanyak 1 kg. tiap contoh yang dibawa ke laboratorium, merupakan contoh
komposit dari sejumlah anak contoh (cores).
§ Tiap contoh komposit dimasukan kedalam ember plastic
contoh ini diaduk merata kemudian diambil kurang lebih 1 kg untuk dianalisis di
laboratorium dengan terlebih dahulu diberikan lebel keterangan pendukung contoh
tanah.
Kegunaan
contoh tanah kering udara berdiameter 2 mm dan 0,5 mm untuk membandingkan
kemampuan tanah menyimpan dan menghantarkan air dan dapat digunakan untuk penetapan kadar air, derajat kerut tanah dan
pengenalan contoh tanah dengan indra.
V.
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
KESIMPULAN
Tanah
mempunyai sifat sangat kompleks, terdiri atas komponen padatan yang
berinteraksi dengan cairan, dan udara. Komponen pembentuk tanah yang berupa
padatan, cair, dan udara jarang berada dalam kondisi kesetimbangan, selalu
berubah mengikuti perubahan yang terjadi di atas permukaan tanah yang
dipengaruhi oleh suhu udara, angin, dan sinar matahari. Untuk bidang pertanian,
tanah merupakan media tumbuh tanaman. Pengambilan contoh tanah merupakan
tahapan terpenting di dalam program uji tanah. Prinsip pengambilan contoh tanah
adalah bahwa hasil analisis sifat fisik dan kimia di laboratorium harus dapat
menggambarkan keadaan sifat fisik dan dan kimia di lapangan. Dengan adanya
praktikum dapat mengetahui cara pengambilan contoh tanah dan menyiapkan contoh
tanah kering angin atau udara dengan diameter 2 mm dan contoh tanah halus
(diameter 0,5) yang digunakan untuk acara penetapan kadar air, derajat kerut
tanah dan pengenalan contoh tanah dengan indra, meskipun praktikum tidak
langsung dilakukan di lapang.
B.
SARAN
Seharusnya praktikum
penyiapan contoh tanah tetap dilakukan sesuai pada diktat. Meskipun praktikum
ini terlihat mudah, namun mahasiswa perlu mengetahui bagaimana cara pengambilan
contoh tanah yang benar.
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Nurhajati Hakim, Ir. M. Yusuf
Nyakpa, dkk. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Lampung.
Dr. Ir. Kemas Ali Hanafiah, M.S.
2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah.
Penerbit Jurusan Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor.
Prof. Dr. Ir. H.
Sarwono Hardjowigeno, M.Sc. 2015. Ilmu
Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta.
Sarief, Saifuddin.1986. Ilmu Tanah Pertanian.
PustakaBuana. Bandung.
Tan, Kim. 1991. Dasar-Dasar
Kimia Tanah. Balai Penelitian The dan Kina. Bandung.
Sarwono Hardjowigeno S. 2007. Ilmu
Tanah. Penerbit Akademi Pressindo. Jakarta.
Sutedjo, Mul Mulyani, A. G.
Kartasapoetra. 2002. Pengantar Ilmu Tanah. Rineka Cipta. Jakarta.
Purwowidodo, 1991. Ganesa tanah.
Rajawali Press. Jakarta.
Kartasaputra,dkk, 1991. Teknologi
konservasi tanah dan air. Rineka cipta. Jakarta.
LAPORAN HASIL PRAKTIKUM
TANAH DAN
PEMUPUKAN
ACARA II
PENETAPAN KADAR AIR
TANAH

Oleh:
Dea
Nabilah Anggasta
NIM
A0A015032
KEMENTERIAN
RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS
JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS
PERTANIAN
PURWOKERTO
2016
I.
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Tanah
berperanan penting dalam siklus hidrologi. Kondisi tanah menentukan jumlah air
yang masuk ke dalam tanah dan mengalir pada permukaan tanah. Jadi, tidak hanya
berperan sebagai media pertumbuhan tanaman tetapi juga sebagai media pengatur
air. Analisis tanah membantu penyelidikan produktivitas dan penentuan
tindakan pengolahan tanah. Hal ini dibutuhkan karena kondisi setiap tanah
berbeda-beda bergantung pada proses pembentukannya. Proses pembentukan tanah
dipengaruhi oleh faktor lingkungan (pedogenesis) maupun kegiatan manusia
(metapedogenesis). Air berfungsi sebagai media gerak hara ke akar-akar
tanaman. Akan tetapi, jika air terlalu banyak tersedia, hara-hara dapat tercuci
dari daerah-daerah perakaran atau bila evaporasi tinggi, garam-garam terlarut
mungkin terangkat kelapisan tanah atas.
Air
mempunyai fungsi yang penting dalam tanah. Antara lain pada proses
pelapukan mineral dan bahan organik tanah, yaitu reaksi yang mempersiapkan hara
larut bagi pertumbuhan tanaman. Selain itu, air juga berfungsi sebagai
media gerak hara ke akar-akar tanaman. Akan tetapi, jika air terlalu
banyak tersedia, hara-hara dapat tercuci dari daerah-daerah perakaran atau bila
evaporasi tinggi, garam-garam terlarut mungkin terangkat kelapisan tanah atas.
Air yang berlebihan juga membatasi pergerakan udara dalam tanah, merintangi
akar tanaman memperoleh O2 sehingga dapat mengakibatkan tanaman mati.
Dua
fungsi yang saling berkaitan dalam penyediaan air bagi tanaman yaitu memperoleh
air dalam tanah dan pengaliran air yang disimpan ke akar-akar tanaman. Jumlah
air yang diperoleh tanah sebagian bergantung pada kemampuan tanah yang menyerap
air cepat dan meneruskan air yang diterima dipermukaan tanah ke bawah. Akan
tetapi jumlah ini juga dipengaruhi oleh faktor-faktor luar seperti jumlah curah
hujan tahunan dan sebaran hujan sepanjang tahun.
B.
TUJUAN
Menetapkan
kadar air contoh tanah kering angin, kapasitas lapang dan kadar air maksimum
tanah dengan metode gravimetri (perbandingan massa air dengan massa padatan
tanah) atau disebut berdasarkan % berat.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Kadar air tanah dinyatakan dalam persen volume yaitu persentase volume air
terhadap volume tanah. Cara ini mempunyai keuntungan karena dapat memberikan
gambaran tentang ketersediaan air bagi tanaman pada volume tanah tertentu. Cara
penetapan kadar air dapat dilakukan dengan sejumlah tanah basah dikering ovenkan
dalam oven pada suhu 1050 C – 1100 C untuk
waktu tertentu. Air yang hilang karena pengeringan merupakan sejumlah air yang
terkandung dalam tanah tersebut. Air irigasi yang memasuki tanah mula-mula
menggantikan udara yang terdapat dalam pori makro dan
kemudian pori mikro. Jumlah air yang bergerak melalui tanah berkaitan
dengan ukuran pori-pori pada tanah. Air tambahan berikutnya akan bergerak ke
bawah melalui proses penggerakan air jenuh. Penggerakan air tidak hanya terjadi
secara vertikal tetapi juga horizontal. Gaya gravitasi tidak berpengaruh
terhadap penggerakan horizontal.
Kemampuan tanah menahan air dipengaruhi antara lain oleh tekstur tanah.
Tanah-tanah bertekstur kasar mempunyai daya menahan air lebih kecil daripada
tanah bertekstur halus. Oleh karena itu, tanaman yang ditanam pada tanah pasir
umumnya lebih mudah kekeringan daripada tanah-tanah bertekstur lempung atau
liat. Kondisi kelebihan air ataupun kekurangan air dapat mengganggu pertumbuhan
tanaman. Ketersediaan air dalam tanah dipengaruhi: banyaknya curah hujan atau
air irigasi, kemampuan tanah menahan air, besarnya evapotranspirasi (penguapan
langsung melalui tanah dan melalui vegetasi), tingginya muka air tanah, kadar
bahan organik tanah, senyawa kimiawi atau kandungan garam-garam, dan kedalaman
solum tanah atau lapisan tanah.
Air tersedia biasanya dinyatakan sebagai air yang terikat antara kapasitas
lapangan dan koefisien layu. Kadar air yang diperlukan untuk tanaman juga
bergantung pada pertumbuhan tanaman dan beberapa bagian profil tanah yang dapat
digunakan oleh akar tanaman. Tetapi untuk kebanyakan mendekati titik layunya,
absorpsi air oleh tanaman kurang begitu cepat, dapat mempertahankan pertumbuhan
tanaman. Penyesuaian untuk menjaga kehilangan air di atas titik layunya telah
ditunjukkan dengan baik.
III.
METODE PRAKTIKUM
A.
ALAT
DAN BAHAN
Alat-alat yang
digunakan dalam proses penetapan kadar air tanah diantaranya adalah botol
timbang, timbangan analitis, keranjang stainless steel, cawan tembaga porus,
bejana seng, kertas label, spidol, pipet ukur 2 mm, bak perendam, serbet, kertas
saring, oven, tang penjepit, dan eksikator. Sementara itu bahan yang digunakan
dalam proses penetpan kadar air tanah adalah contoh tanah kering angin.
B.
CARA
KERJA
1.
Kadar air tanah
kering angin (udara)
a. Botol timbang dan penutupnya dibersihkan, doberi label,
lalu ditimbang (a gram).
b. Botol timbang diisi dengan contoh tanah kering angin
yang berdiameter 2 mm, kurang lebih setengahnya, ditutup, lalu ditimbang
kembali (b gram).
c. Botol timbang yang berisi tanah dimasukkan ke dalam
oven dengan keadaan tutup terbuka. Pengovenan dilakukan pada suhu 105-110° C
selama minimal 4 jam.
d. Setelah waktu pengovenan selesai, botol timbang
ditutup kembali dengan menggunakan tang penjepit.
e. Botol timbang yang telah ditutup dikeluarkan dari
oven dengan menggunakan tang penjepit, lalu dimasukkan kedalam eksikalator
selama 15 menit.
f. Setelah itu, botol timbang diambil satu per satu
dengan menggunakan tang penjepit untuk ditimbang dengan timbangan yang sama (c
gram).
2.
Kadar air
Kapasitas Lapang (metode pendekatan)
a.
Keranjang
stainless steel dibersihkan diberi label kemudian ditimbang (a gram).
b.
Keranjang
stainless steel yang telah ditimbang diletakkan ke dalam bejana seng.
c.
Contoh tanah
kering angin Ø 2 mm dimasukkan ke dalam keranjang kuningan setinggi 2,5 cm
(sampai tanda batas) secara merata tanpa ditekan.
d.
Diteteskan air
dengan sebanyak 2 ml dengan pipet ukur ecara perlahan-lahan pada 3 titik tanpa
bersinggungan, kemudian bejana seng ditutup, diletakkan ditempat yang teduh dan
dibiarkan selama 15 menit.
e.
Keranjang
stainless steel dikeluarkan dari bejana seng, diayak dengan hati-hati hingga
tertinggal 3 gumpalan tanah lembab, lalu ditimbang (b gram).
3.
Kadar air
maksimum tanah
a.
Cawan tembaga
porus dan petridis dibersihkan dan diberi tabel secukupnya.
b.
Pada dasar cawan
tembaga porus diberi kertas saring, dijenuhi air dengan menggunakan botol
semprot. Kelebihan air dibersihkan dengan serbet (lap), dimasukkan ke dalam
petridis kemudian ditimbang (a gram).
c.
Cawan tembaga
porus dikeluarkan dari petridis, isi dengan contoh tanah halus (Ø 0,5 mm) kurang
lebih 1/3 nya. Cawan diketuk-ketuk secara perlahan sampai permukaan tanahnya
rata, contoh contoh tanah halus ditambahkan lagi 1/3 nya dengan jalan yang sama
sampai cawan tembaga porus penug dengan tanah. Kelebihan tanah di atas cawan
diratakan dengan colet.
d.
Cawan tembaga
porus direndam dalam bak perendam dengan ditumpu kayu dibawahnya agar air bebas
masuk ke dalam cawan tembaga porus. Perendaman dilakukan selama 12-16 jam.
e.
Setelah waktu
perendaman selesai, cawan tembaga porus diambil dari bak perendam. Permukaan
tanah yang mengembang diratakan dengan colet, dibersihkan dengan serbet (lap),
dimasukkan ke dalam cawan petridis yang digunakan pada waktu penimbangan
pertama, lalu ditimbang (b gram).
f.
Cawan tembaga
porus dimasukkan ke dalam oven selama 24 jam dengan suhu 105-110° C.
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
HASIL
1. Kadar Air Tanah Kering Angin (Ka)
Ulangan
|
Botol timbang kosong
(a g)
|
( a ) + contoh tanah
(b g)
|
( b ) Setelah di oven
(c g)
|
Kadar air tanah
kering udara (%)
|
Ka-1
|
21,88
|
30,61
|
29,66
|
12,47 %
|
Ka-2
|
22,26
|
31,69
|
30,61
|
12,93 %
|
Rata-rata
|
12,7 %
|
Ka =

Ka-1 = 

= 

= 

= 12,47 %
Ka-2 = 

= 

= 

= 12,93 %
Rata-rata = 

= 

= 12,7 %
2. Kapasitan Lapang
Ulangan
|
Keranjang kuningan
kosong (a g)
|
( a ) + gumpalan
tanah basah (b g)
|
Kadar air kapasitas
lapang (%)
|
KL-1
|
75,88
|
86,30
|
36,16 %
|
KL-2
|
78,27
|
89,23
|
35,22 %
|
Rata-rata
|
35,65 %
|
KL = 

KL-1 = 

=

= 

= 23,76 + 12,4 = 36,16 %
KL-2 = 

= 

= 

=
22,32 + 12,9 = 35,22 %
Rata-rata =


=


= 35,65 %
3. Kadar Air Maksimum
Ulangan
|
Cawan + kertas saring
jenuh + petridish (a g)
|
( a ) + tanah basah
jenuh air (b g )
|
( b ) setelah di oven
24 jam (c g)
|
Petridish + Cawan +
kertas saring setelah di oven (d g)
|
Kadar Air Maksimum
(%)
|
KAM-1
|
89,09
|
79,27
|
74,10
|
83,10
|
9,11 %
|
KAM-2
|
99,32
|
91,14
|
79,50
|
87,04
|
8,49 %
|
Rata-rata
|
8,8 %
|
KAM =

KAM-1 = 

= 

=


=
9,11 %
KAM-2 = 

= 

=


=
8,49 %
Rata-rata = 

=


=
8,8 %
B.
PEMBAHASAN
Kadar air tanah merupakan perbandingan berat air yang terkandung dalam tanah
dengan berat kering tanah tersebut. Kadar air
tanah dinyatakan dalam persen volume yaitu persentase volume air terhadap
volume tanah.
Gaya adhesi adalah gaya tarik-menarik antara
partikel-partikel yang tidak sejenis. Gaya adhesi dipengaruhi oleh kecepatan
maju alat pengolahan tanah, luas kontak tanah dengan permukaan alat, besarnya
tekanan per luasan, besarnya tegangan permukaan dengan lapisan air, permukaan
dan jenis bahan.
Gaya kohesi adalah gaya tarik menarik antara molekul
dalam zat yang sejenis. Akibat gaya kohesi
menyebabkan dua zat tidak akan bercampur walaupun berada dalam satu tempat.
Gravitasi adalah gaya tarik-menarik yang
terjadi antara semua partikel memiliki massa di alam semesta.
Yang
dimaksudkan disini, berdasarkan gaya yang bekerja pada air tanah yaitu gaya
adhesi, kohesi, gravitasi, maka air tanah dibedakan menjadi 3 yaitu:
1.
Air Higroskopis
Air
Higroskopis adalah air yang diadsorbsi oleh tanah dengan sangat kuat sehingga
tidak tersedia bagi tanaman. Jumlahnya sangat sedikit dan merupakan selaput
tipis yang menyelimuti agregat tanah. Air ini terikat kuat pada matriks tanah
ditahan pada tegangan antara 31-10.000 atm (pF 4,0-4,7).
2.
Air Kapiler
Air kapiler adalah air
tanah yang ditahan akibat adanya gaya kohesi dan adhesi yang lebihkuat
dibandingkan gaya gravitasi. Air ini bergerak ke samping atau ke atas karena
gaya kapiler. Air kapiler ini menempati pori mikro dan dinding pori makro,
ditahan pada tegangan antara 1/3-15 atm (pF 2,54-4,20).
Air kapiler dibedakan
menjadi:
a.
Kapasitas Lapang
yaitu air yang dapat ditahan oleh tanah setelah air gravitasi turun semua.
Kondisi kapasitas lapang terjadi jika tanah dijenuhi air atau setelah hujan
lebat tanah dibiarkan selama 48 jam sehingga air gravitasi sudah turun semua.
Pada kondisi kapasitas lapang, tanah mengandung air yang optimum bagi tanaman,
karena pori makro berisi udara sedangkan pori mikro seluruhnya berisi air.
Kandungan air pada kapasitas lapang ditahan dengan tegangan 1/3 atm atau pada
pF 2,54.
b.
Titik Layu Permanen
yaitu kandungan air tanah paling sedikit dan menyebabkan tanaman tidak mampu
menyerap air sehingga tanaman mulai layu dan jika hal ini dibiarkan tanaman
akan mati. Pada titik layu permanen, air ditahan pada tegangan 15 atm atau pF
4,2. Titik layu permanen disebut juga sebagai Koeffisien Layu Tanaman.
3.
Air Gravitasi
Air Gravitasi adalah
air yang tidak dapat ditahan oleh tanah karena mudah meresap ke bawah akibat
adanya gaya gravitasi. Air gravitasi mudah hilang dari tanah dengan membawa
unsur hara seperti N, K, Ca sehingga tanah menjadi masam dan miskin hara.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi kadar air tanah yaitu
1.
Kadar Bahan
Organik Tanah
Bahan
organik tanah mempunyai pori-pori yang jauh lebih banyak daripada partikel
mineral tanah yang berarti luas permukaan penyerapan juga lebih banyak sehingga
makin tinggi kadar bahan organik tanah makin tinggi kadar dan ketersediaan air
tanah.
2.
Kedalaman Solum
atau Lapisan Tanah
Kedalaman
solum atau lapisan tanah menentukan volume simpan air tanah, semakin dalam maka
ketersediaan dan kadar air tanah juga semakin banyak.
3.
Iklim dan
Tumbuhan
Faktor
iklim dan tumbuhan mempunyai pengaruh yang berarti pada jumlah air yang dapat
diabsorbsi dengan efisiensi tumbuah dalam tanah. Temperatur dan perubahan udara
merupakan perubahan iklim dan berpengaruh pada efisiensi pengguanaan air tanah
dan penentuan air yang dapat hilang melalui saluran evaporasi permukaan tanah.
Kelakuan akan ketahanan pada kekeringan keadaan dan tingkat pertumbuhan adalah
faktor pertumbuhan yang berarti.
4.
Senyawa Kimiawi
Garam-garam
dan senyawa pupuk atau ameliorant baik alamiah maupun non-alamiah mempunyai
gaya osmotik yang dapat menarik dan menghidrolisis air sehingga koefisien laju
meningkat.
Berdasarkan
praktikum yang telah kami lakukan menggunakan tanah vertisol, praktikum yang
pertama mempunyai Kadar air tanah kering angin (Ka) pada Ka-1 adalah 12,47% dan
Ka-2 adalah 12,93% dengan rata-rata 12,7%. Hal ini disebabkan oleh kandungan
bahan organik antara 2-8% dengan kapasitas pengikatan air yang tinggi sehingga
terasa seperti sabun jika diremas.
Praktikum
yang kedua yaitu adanya Kapasitas Lapang (KL) menggunakan tanah vertisol pada KL-1 adalah 36,16 \% dan pada KL-2
adalah 35,65% dengan rata-rata 35,65%. Pada KL-1 kapasitas air lapang lebih
kecil, jika pemberian air pada permukaan tanah dihentikan, air akan turun ke
bawah lebih cepat.
Praktikum
yang ketiga untuk mengetahui Kadar Air Maksimum (KAM) menggunakan tanah
vertisol pada KAM-1 adalah 9,11% dan KAM-2 adalah 8,49% dengan rata-rata 8,8%.
Setelah di oven selama 24 jam tanah vertisol yang di dalam cawan mengembang
karena telah terjadi penguapan disebabkan karena panas pada saat pengovenan
maka jika ditimbang hasilnya akan lebih sedikit dibandingkan dengan yang awal.
Kandungan air antara kapasitas lapang dan titik kritis disebut RAW (Readily
Available Water). Perbandingan antara RAW dengan total air tanah yang tersedia
dipengaruhi oleh iklim, evapotranspirasi, tanah, jenis tanaman, dan tingkat
pertumbuhan tanaman
V.
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil
percobaan dapat disimpulkan bahwa, kadar dan komposisi udara tanah sebagian
besar ditentukan oleh hubungan air dan tanah. Kadar air tanah merupakan
perbandingan berat air yang terkandung dalam tanah dengan berat kering tanah
tersebut.
Tinggi rendahnya
kapasitas lapang tergantung pada jenis tanah dan ruang pori-pori total pada
setiap jenis tanah berbeda. Tinggi rendahnya kadar air maksimum tergantung juga
pada jenis tanah, sebab tanah juga mempunyai tekstur yang berbeda pula.
Data yang kami peroleh
dari hasil perhitungan saat melaksanakan praktikum untuk rata-rata kadar air
tanah vertisol adalah sebagai berikut:
-
Kadar air tanah
kering angin sebesar 12,7 %
-
Kadar air kapasitas
lapang tanah sebesar 35,65 %
-
Kadar air
maksimum tanah sebesar 8,8%
B.
SARAN
Pada
saat praktikum dalam mencari kadar air tanah dibutuhkan ketelitian dalam
penelitian dan perhitungan, karena jika dalam penelitian salah maka pada
perhitungan juga salah. Dalam praktikum diharapkan dapat memperoleh data yang
valid. Untuk alat dalam praktikum di laboraturium tanah sebaiknya timbangan
analitis lebih dari satu agar lebih efektif dan efisien.
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Nurhajati Hakim, Ir. M. Yusuf
Nyakpa, dkk. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Lampung.
Dr. Ir. Kemas Ali Hanafiah, M.S.
2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah.
Penerbit Jurusan Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor.
Prof. Dr. Ir. H.
Sarwono Hardjowigeno, M.Sc. 2015. Ilmu
Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta.
Sarief, Saifuddin.1986. Ilmu Tanah Pertanian.
PustakaBuana. Bandung.
Tan, Kim. 1991. Dasar-Dasar
Kimia Tanah. Balai Penelitian The dan Kina. Bandung.
Sarwono Hardjowigeno S. 2007. Ilmu
Tanah. Penerbit Akademi Pressindo. Jakarta.
Sutedjo, Mul Mulyani, A. G.
Kartasapoetra. 2002. Pengantar Ilmu Tanah. Rineka Cipta. Jakarta.
Purwowidodo, 1991. Ganesa tanah.
Rajawali Press. Jakarta.
LAMPIRAN









Jurnal Penetapan
Kadar Air
Kadar Air Tanah
Kadar air tanah dapat diukur dengan
metode gravimetrik dan volumetrik. Kadar air diukur untuk mengetahui kadar ir
dalam tanah dan untuk efisiensi penggunaan air untuk tanaman. Alat dan bahan
yang digunakan seperti sampel tanah, cawan, oven, dan timbangan. Pertama ambil
sampel tanah basah, timbang cawan dan tanah tersebut, setelah itu hitung bobot
cawan + tanah basah, oven dengan suhu 1050C selama 24 jam. Lalu amati setelah
24 jam, hitung bobot tanah kering dan kadar air (%). Hasil yang didapat pada
praktikum ini yaitu kadar air tanah sampel pertama 31,57 % dan yang kedua 26,58
%. Dapat disimpulkan bahwa kadar air yang lebih banyak terdapat di sampel tanah
pertama yaitu tanah berwarna hitam.
Analisis Kadar Tanin Ekstrak Air Dan Ekstrak
Etanol Pada Biji Pinang Sirih (Areca Catechu. L)
Biji Pinang Sirih (Areca
Catechu. L) banyak
mengandung komponan senyawa kimia yaitu, tanin alkaloid, lemak, minyak astiri,
air dan sedikit gula.Tanin merupakan senyawa yang penting penggunaannya dalam
bidang kesehatan dan industry.Tanin diperoleh dengan cara ekstraksi dengan
pelarut air dan etanol karena tanin dapat larut dalam pelarut
tersebut.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar tannin pada biji
pinang sirih dengan menggunakan pelarut air dan pelarut etanol. Penelitian ini
merupakan eksperimen dengan menggunakan metode ekstraksi. Biji pinang sirih
dikeringkan dan dihaluskan lalu diayak. Kemudian serbuk dimaserasi dengan
pelarut air dan etanol 96% dengan suhu 50-600C selama 5 jam,
kemudian dievaporasi dan dicuci dengan petroleumeter, dan selanjutnya uji
kualitatif dan penentuan kadar tannin. Hasil penelitian diperoleh kadar tannin
dengan menggunakan pelarut air sebanyak 6,45%, dan yang menggunakan pelarut
etanol 96% diperoleh sebanyak 8,53%.
Gambut
menyimpan fraksi besar sumber karbon di daratan bumi hingga 528.000 Mt yang
dapat hilang karena proses dekomposisi. Lahan gambut memiliki potensi tinggi
dalam memenuhi kebutuhan investasi untuk perluasan kebun kelapa sawit, hal ini
terkait dengan Indonesia sebagai negara yang memiliki lahan gambut tropik
terluas dari total gambut tropik di Asia Tenggara (20,073 juta ha) dan adanya
fakta bahwa kelapa sawit pada lahan gambut mampu berproduksi tinggi terutama
pada lahan gambut saprik yang dapat mencapai produksi rata-rata 23,08 ton
tandan buah segar per hektar per tahun. Namun pengembangan agribisnis kelapa
sawit di lahan gambut dapat merupakan sumber emisi gas rumah kaca seperti gas
CO2 and CH4. Oleh karena itu, dengan semakin pesatnya perkembangan agribisnis
kelapa sawit, kajian mendalam tentang emisi CO2 dan CH4 yang sangat dipengaruhi
oleh teknik pengelolaan kebun kelapa sawit dan karakteristik inhern dari gambut
perlu dilaksanakan, karena pelepasan CO2 dan CH4 dari lahan gambut ke atmosfer
sangat berpengaruh nyata dalam pemanasan global. Penelitian emisi CO2 dan CH4
dilaksanakan di lahan gambut Meulaboh, Aceh Barat dan di Laboratorium Kesuburan
Tanah dan Bioteknologi Tanah Fakultas Pertanian, Program Studi Ilmu Tanah,
Institut Pertanian Bogor pada bulan Mei 2008 sampai dengan Mei 2009. Penelitian
ini bertujuan untuk (1) mengkarakterisasi sifat fisiko kimia gambut yang
berkaitan erat dengan emisi CO2 dan CH4 pada kebun kelapa sawit yang memiliki
keragaman dalam ketebalan gambut, umur tanaman dan tingkat kematangan gambut,
(2) mempelajari pengaruh dosis N terhadap fluks CO2 pada bahan gambut dengan
tingkat kematangan yang berbeda, (3) mengevaluasi emisi CO2 dan CH4 di
rhizosfer dan non rhizosfer pada perkebunan kelapa sawit yang memiliki
keragaman dalam ketebalan gambut dan umur tanaman. v Sampel bahan gambut yang
digunakan untuk karakterisasi sifat fisiko kimia gambut dan percobaan pengaruh
dosis N berasal dari kebun kelapa sawit di Desa Suak Puntong, Suak Raya dan Cot
Gajah Mati yang dikelompokkan berdasarkan tingkat kematangan gambut. Percobaan
pengaruh dosis N disusun dengan menggunakan rancangan percobaan faktorial dalam
rancangan acak lengkap (RAL) dengan tiga kali ulangan. Faktor pertama adalah
dosis pupuk N (N) yang terdiri dari 5 taraf yaitu: 0 g/100 g gambut (n0), 0,25
g/100 g tanah (n1), 1 g/100 g tanah (n2), 4 g/100 g tanah (n3), 16 g/100 g
tanah (n4). Faktor kedua adalah tingkat kematangan gambut (G) yang terdiri dari
fibrik (g1), hemik (g2), dan saprik (g3). Dengan demikian diperoleh 15
kombinasi percobaan yaitu n0 g1, n0 g2, n0 g3, n1 g1, n1 g2, n1 g3,n2 g1, n2
g2, n2 g3, n3 g1, n3 g2, n3 g2, n4 g1, n4 g2, n4 g3. Sedangkan untuk mengkaji
emisi CO2 dan CH4 dilakukan serangkaian kegiatan yang diawali dengan penentuan
lokasi kebun kelapa sawit, pembuatan transek, pemasangan sungkup permanen,
pengambilan sampel gas dan analisis gas di lapang dengan menggunakan alat
kromatografi gas tipe CP-400 yang dilengkapi dengan program Galaxie CDS. Beberapa
karakteristik tanah gambut Meulaboh, Aceh Barat menunjukkan bahwa pH H2O=2,9 -
3,9 dan pH KCl= 2,23 - 3,07, kadar air tergantung pada tingkat kematangan
gambut (gambut fibrik= 539,9 - 1187,4%, hemik=268,5 - 479,8%, dan saprik=105,7
- 242,5%), kadar abu 1,8 - 5,9%, kandungan C-organik 53,4-57,6%, kandungan
bahan organik 94,1 - 98,1%, kandungan kemasaman total gambut 4,2 - 6,4 me g-1,
kandungan COOH 0,02 - 0,16 me g-1 dan kandungan fenolat-OH 4,2 - 6,2 me g-1.
Hasil pengaruh dosis pupuk N pada bahan gambut menunjukkan bahwa terdapat
interaksi antara dosis urea dengan tingkat kematangan gambut terhadap fluks CO2
bahan gambut. Pemupukan urea dengan dosis 0,25 - 4 g/100 g gambut yang
diinkubasi satu minggu berkontribusi terhadap peningkatan fluks CO2. Rata-rata
emisi CO2 berkisar antara 10 - 40 t ha-1 th-1. Hasil evaluasi data emisi CO2
menunjukkan bahwa: (1) terdapat kecenderungan emisi CO2 musim hujan lebih besar
daripada musim kemarau, (2) pengukuran emisi CO2 pada kebun kelapa sawit
menurun dengan umur (1-10 tahun), (3) emisi CO2 di rhizosfer dapat mencapai 4
kali lebih besar daripada emisi CO2 di non rhizosfer, (4) Terdapat vi
kecenderungan emisi CO2 semakin menurun dengan semakin tebal gambut, (5) tipe
penggunaan lahan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi besarnya emisi
CO2, (6) secara umum emisi CO2 semakin meningkat dengan semakin dalam muka air
tanah, namun dijumpai juga pola hubungan sebaliknya dan pola lain dimana emisi
CO2 tidak bergantung pada kedalaman muka air tanah. Untuk emisi CH4, semakin
dalam muka air tanah, jumlahnya semakin menurun.
LAPORAN PRAKTIKUM
TANAH DAN
PEMUPUKAN
ACARA III
PENGAMATAN TANAH DENGAN
INDRA

Oleh:
Dea
Nabilah Anggasta
NIM
A0A015032
KEMENTERIAN
RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS
JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS
PERTANIAN
PURWOKERTO
2016
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Tanah
adalah suatu benda alami yang terdapat di permukaan kulit bumi, yang tersusun
dari bahan-bahan mineral sebagai hasil pelapukan sisa tumbuhan dan hewan, danmempunyai
tiga dimensi ruang, yaitu panjang, lebar dan kedalaman.Tanah adalah kumpulan
tubuh alam yang menduduki sebagian besar daratan planet bumi, yang mampu
menumbuhkan tanaman dan sebagai tempat mahluk hidup lainnya dalam melangsungkan
kehidupannya.
Tanah
bersifat dinamis, dimana tanah mengalami perkembangan setiap waktunya.
Karakteristik tanah di setiap daerah tentunya berbeda dengan daerah lainnya.
Tanah dapat dikelompokkan berdasarkan ciri-ciri atau sifat-sifat yang
dimilikinya. Ilmu yang mempelajari tentang proses-proses pembentukan tanah dan
faktor-faktor yang mempengaruhinya disebut genesis tanah.
Tanah terdapat di mana-mana, tetapi
kepentingan orang terhadap tanah berbeda-beda. Seorang ahli pertambangan
menganggap tanah sebagai sesuatu yang tidak berguna karena menutupi
barang-garang tambang yang dicarinya. Semua bahan yang digali kecuali
batu-batunya dinamakan tanah. Demikian pula seorang ahli jalan menganggap
tanah adalah bagian permukaan bumi yang lembek sehingga perlu dipasang batu-batu
di permukaannya agar menjadi kuat. Dalam kehidupan sehari-hari tanah diartikan
sebagai wilayah darat dimana diatasnya dapat ldigunakan untuk berbagai
usaha misalnya pertanian, peternakan, mendirikan bangunan, dan lain-lain.
Bagi tanaman fungsi pertama tanah sebagai
media tumbuh adalah sebagai tempat akar berpenetrasi (sifat fisik) yang selama
cadangan nutrisi (hara) masih tersedia didalam benih, hanya air yang diserap di
akar-akar muda, kemudian bersamaan dengan makin berkembangnya perakaran ini
mulai pula menyerap nutrisi baik berupa ion-ion anorganik seperti N, P, K dan
lain-lain, senyawa organik sederhana, serta zat-zat pemacu tumbuh seperti
vitamin, hormon dan asam-asam organik (sifat disik, kimiawi, biologis tanah).
Kebutuhan suplay hara dari tanah ini makin meningkat selaras dengan menipisnya
cadangan dari benih, hingga 100% terantung pada tanah (juga dari air hujan)
pada saat habisnya ini. Bahkan untuk tanaman yang ditanam beruba bibit/anakan,
ketergantungan ini bersifat mutlak sejak penanaman. Indikator kecukupan air dan
nutrisi yang dapat disediakan tanah dicerminkan oleh kualitas pertumbuhan
trubus dan produksi tanaman yang tumbuh di atasnya.
B.
Tujuan
1.
Menetapkan warna
dasar beberapa jenis tanah dengan menggunakan buku Munsell Soil Color Chart.
2.
Menetapkan
tekstur tanah dengan cara penetapan tekstur tanah penetapan di laboraturium
(kuantitatif) dengan metode pipet.
3.
Mengamati
struktur tanah di laboraturium dengan cara pengamatan bentuk struktur/tipe
struktur, besarnya agregat tanah (ped) yang dinyatakan sebagai kelas struktur,
dan pengamatan kuat-lemahnya agregat tanah yang terbentuk yang dinyatakan
sebagai derajat struktur tanah.
4.
Menetapkan
konsistensi berbagai jenis tanah-tanah dalam keadaan basah, lembab, dan kering.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Secara
keseluruhan sifat-sifat fisik tanah ditentukan oleh pengukuran dan komposisi
partikel-partikel hasil pelapukan bahan penyusun tanah, jenis dan proporsi
komponen-komponen penyusun partikel-partikel ini, keseimbangan antara suplai
air, energi dan bahan dengan kehilangannya, intensitas reaksi kimiawi dan
biologis yang telah atau sedang berlangsung.
Jenis
sifat fisika tanah yaitu:
A.
Warna Tanah
Warna tanah merupakan
ciri tanah yang paling jelas dan mudah ditentukan di lapang. Warna tanah mencerminkan
beberapa sifat tanah dan dapat mempengaruhi pada keseimbangan panas dan
kelembapan tanah. Warna tanah dibedakan menjadi warna dasar tanah (matriks) dan
warna karatan sebagai proses oksidasi dan reduksi dalam tanah. Penetapan warna
menggunakan buku Munsell Soil Color Chart yang harus dicatat.
1. Hue
yaitu warna spektrum yang dominan ( red, yellow ) sesuai dengan panjang
gelombang dimulai dengan warna 5 R ; 7,5 R ; 10 R ; 2,5 YR ; 5 YR ; 7,5 YR ; 10
YR ; 2,5 Y ; 5 Y. Warna untuk warna tanah tereduksi : 5 G ; 5 GY ; N dst
2. Value
yaitu gelap terangnya warna sesuai dengan banyaknya sinar yang dipantulkan
antara 0 – 8 : makin tinggi sehingga warna makin terang.
3. Chroma
yaitu kemurniaan atau kekuatan dari warna spektrum 0
– 8 menunjukan warna makin tinggi sehingga kekuatan warna spektrum makin
meningkat.
B.
Tekstur Tanah
Tekstur tanah merupakan perbandingan relatif fraksi tanah (pasir, debu dan
liat) dalam suatu masa
tanah yang dinyatakan dalam persen.
Tekstur
tanah menunjukkan kasar halusnya tanah. Ukuran fraksi tanah:
pasir:
2 mm s/d 50 /u
debu:
50 /u – 2 /u
liat:
< 2 /u
Pengamatan tekstur tanah :
1. Kualitatip (halus/kasarnya ) dirasakan dengan tangan
Pasir
= terasa kasar /ngeres
debu
= terasa halus, licin kering : talk
liat
= terasa lengket
2. Secara
kuantitatif menggunakan analisa mekanis tanah
Kelas dasar
tekstur:
a. Tanah pasiran
( sand), apabila kandungan pasir > 70%
b. Tanah liat (clay), apabila kandungan liat minimal
35%
c. Tanah lempung
(loam)) bila tidak termasuk keduanya,mempunyai
perbandingan pasir, debu dan liat reloatif sama
Pembagian kelas tekstur yaitu:
Kelas Tekstur
|
Rasa dan Sifat
Tanah
|
Pasir
|
Apabila rasa kasar terasa sangat
jelas, tidak melekat, dan tidak dapat dibentuk bola dan gulungan.
|
Pasir Berlempung
|
Apabila rasa kasar terasa jelas,
sedikit sekali melekat, dan dapat dibentuk bola tetapi mudah sekali hancur.
|
Lempung Berpasir
|
Apabila rasa kasar agak jelas,
agak melekat, dan dapat dibuat bola tetapi mudah hancur.
|
Lempung
|
Apabila tidak terasa kasar dan
tidak licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan dapat sedikit
dibuat gulungan dengan permukaan mengkilat.
|
Lempung Berdebu
|
Apabila terasa licin, agak
melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan gulungan dengan permukaan
mengkilat.
|
Debu
|
Apabila terasa licin sekali, agak
melekat, dapat dibentuk bola teguh, dan dapat digulung dengan permukaan
mengkilat.
|
Lempung Berliat
|
Apabila terasa agak licin, agak
melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan dapat dibentuk gulungan yang
agak mudah hancur.
|
Lempung Liat Berpasir
|
Apabila terasa halus dengan
sedikit bagian agak kasar, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan
dapat dibentuk gulungan mudah hancur.
|
Lempung Liat Berdebu
|
Apabila terasa halus, terasa agak
licin, melekat, dapat dibentuk bola teguh, dan dapat dibentuk gulungan dengan
permukaan mengkilat.
|
Liat Berpasir
|
Apabila terasa halus, berat
tetapi sedikit kasar, melekat, dapat dibentuk bola teguh, dan mudah dibuat
gulungan.
|
Liat Berdebu
|
Apabila terasa halus, berat, agak
licin, sangat lekat, dapat dibentuk bola teguh, dan mudah dibuat gulungan.
|
Liat
|
Apabila terasa berat dan halus,
sangat lekat, dapat dibentuk bola dengan baik, dan mudah dibuat gulungan.
|
C.
Struktur Tanah
Struktur tanah merupakan pembentukan agregat tanah
dengan ruang pori diantaranya yg terbentuk secara alami. Penyusunan
agregat ini terjadi karena butir-butir pasir,
debu, dan liat terikat satu sama
lain oleh suatu perekat, misalnya bahan organik, oksida besi dll.
Struktur tanah adalah
“kunci Kesuburan tanah”, karena tindakan
pemupukan, pengolahan tanah, pengapuran, dsb ditujukan untuk memperbaiki
struktur tanah. Struktur tanah dibedakan atas:
1.
Bentuk atau tipe
struktur
a.
Lempeng
(platy)
b.
Prisma (prismatic)
c.
Tiang
d.
Gumpal (blocky)
e.
Granuler
f.
Remah (crumb)
g.
Lepas-lepas
(loose
h.
Pejal (masif)
2.
Ukuran atau kelas
struktur
a.
Platy atau
lempeng: c. Tipe Gumpal/ Blocky:
sangat tipis :
< 1 mm
sangat halus : < 5 mm
tipis :
1 – 2 mm halus : 5 -
10 mm
sedang :
2 - 5 sedang : 10 – 20 mm
kasar :
5 - 10 mm kasar : 20 -
50 mm
sangat tebal :
> 10 mm
sangat kasar : > 50 mm
b.
Tipe tiang/
prismatic: d. Remah (crumb) dan granuler:
sangat halus :
< 10 mm sangat halus :
< 1 mm
halus : 10 – 20 mm halus : 1
- 2 mm
sedang :
20 – 50 mm sedang : 2 – 5 mm
kasar : 50 – 100 mm kasar : 5 – 10 mm
sangat kasar :
> 100 mm sangat kasar :
> 10 mm
untuk tipe lepas-lepas (loose) dan pejal
(masif) tdk mempunyai kelas
3.
Kemantapan atau
derajat struktur
a.
0 = Tidak beragregat untuk tipe loose dan masif
b.
1 = Tingkat perkembangan lemah, Butir-butir tanah mudah hancur
c.
2 = Tingkat perkembangan Sedang, Butir-butir tanah agak sukar hancur
d.
3 = Tingkat perkembangan kuat, Butir-butir tanah sukar hancur
D.
Konsistensi
Konsistensi
menunjukkan
kekuatan daya kohesi dan adhesi butir-butir
tanah tanah dengan
benda lain.
Konsistensi tertinggi = tanah kering
Konsistensi terrendah
= tanah basah
Tanah dengan konsistensi baik
umumnya mudah diolah dan tidak
melekat pada
alat pengolah tanah.
Konsistensi
tanah dibagi menjadi:
1.
Konsistensi basah
Konsistensi basah dibandingkan lagi menurut kelekatan
dan keliatan
2.
Konsistensi
lembab
Konsistensi lembab
kondisinya sedikit basah, kira-kira kandungan airnya terletak antara tanah kering
udara dan kapasitas lapang.
3.
Konsitensi kering
Konsistensi kering dicirikan dengan kerasnya tanah.
Istilah-istilah yang digunakan adalah lepas, lunak, sedikit keras, keras,
sangat kerasdan ektrem keras.
III.
METODE PRAKTIKUM
A.
Alat
dan Bahan
Alat
yang digunakan dalam praktikum pengamatan tanah dengan indra adalah Buku
Munsell Soil Color Chart. Sementara itu bahan yang digunakan yaitu contoh tanah
dengan berbagai jenis dan air.
B.
Cara
Keja
1.
Warna Tanah
Diambil sedikit
tanah gumpal yang lembab secukupnya (permukaannya tidak mengkilap), diletakkan
dibawah lubang kertas buku Munsell Soil Color Chart. Dicatat notasi warna (Hue,
Value, Chroma) dan nama warna. Pengamatan warna tanah tidahk boleh terkena
cahaya matahari langsung.
2.
Tekstur Tanah
Penetapan
tekstur tanah di lapng dilakukan dengan cara merasakan atau meremas tanah
antara ibu jari dan ibu telunjuk. Diambil sebongkah tanahkira-kira sebesar
kelereng, basahi dengan air hingga tanah dapat ditekan. Contoh tanah dipijat
kemudian dibuat benang dan sambil dirasakan kasar halusnya tanah.
Jika:
a.
Bentukan benang
mudah membentuk pita panjang, maka besar kemungkinan teksturnya liat.
b.
Mudah patah,
kemungkinan tekstur tanahnya lempung berliat
c.
Tidak terbentuk
benang, kemungkinan lempung atau pasir. Jika terasa lembut dan licin, berarti
lempung berdebu, terasa kasar lempung berpasing.
3.
Struktur Tanah
Sembongkah tanah
diambil dari lapisan horison tanah, kemudian dipecah dengan cara menekan dengan
ibu jari atau dijatuhkan dari ketinggian tertentu, sehingga bongkah tanah akan
pecah secara alami. Pecahan tersebut menjadi agregat mikro (ped) yang merupakan
strktur tanah.
a.
Bentuk Struktur
Lempeng : berbentuk
rata, meyerupai plat, ukuran horizontal > vertikal.
Tiang : ukuran vertikal
> horizontal, dibedakan menjadi prismatik (p) yang ujungnya bersegi dan
culumner (c) yang ujungnya membulat.
Gumpal : gumpal atau
berbidang banyak, mempunyai ukuran seimbang antara vertikal dan horizontal.
Pembagian lebih lanjut adalah gumpal membulat (subangular blocky = sb) dan
gumpal bersudut (angular blocky = ab).
Remah : butir-butir
pasir saling mengikat seperti irisan roti, mempunyai ikatan cukup kuat,
bersifat porus.
Kersai : sama seperti
tipe remah tetapi mempunyai ukuran ped lebih kecil dan ukuran porus.
Pejal : ikatan antara
partikel tanah sangan mampat.
Bebutir tunggal :
lepas-lepas belim terbentuk agregat.
b.
Kelas Struktur
c.
Derajat Struktur
4.
Konsistensi
Contoh tanah
dalam berbagai kandungan air diamati dengan cara dipijit dengan ibu jari dan
telunjuk. Pengamatan dimulai padda kondisi kering, lembab dan basah dengan cara
menambahkan air pada contoh tanahnya. Dengan begitu kita dapat mengetahui:
a.
Konsistensi
Basah
b.
Konsistensi
Lembab
c.
Konsistensi
Kering
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
Pengamatan Contoh Tanah dengan Indra
Jenis Tanah
|
Warna
|
Tekstur
|
Struktur Tanah
|
||
Type
|
Kelas
|
Derajat
|
|||
Vertisol
|
Very Dark Grey
10 YR 2,5 / 1
|
Liat
|
Gumpal
|
Sangat Halus
|
Kuat
|
Ultisol
|
Dark Reddish Brown
2,5 YR 2,5 / 4
|
Lempung Berliat
|
Remah
|
|
Kasar
|
Entisol
|
Dark Brown
7,5 YR 3 / 2
|
Lempung Berliat
|
Remah
|
Sedang
|
Lemah
|
Inceptesol
|
Reddish Black
10 R 2,5 / 1
|
Lempung Berliat
|
Gumpal
|
Halus
|
Lemah
|
Andisol
|
Very Dark Brown
10 YR 2 / 2
|
Lempung Berliat
|
Remah
|
Sedang
|
Lemah
|
Jenis Tanah
|
Konsistensi Basah
|
Konsistensi Lembab
|
Konsistensi Kering
|
|
Kelekatan
|
Keliatan
|
|||
Vertisol
|
S
|
vp
|
et
|
eh
|
Ultisol
|
Ss
|
p
|
i
|
eh
|
Entisol
|
So
|
ps
|
f
|
h
|
Inceptesol
|
Ss
|
po
|
f
|
vh
|
Andisol
|
Ss
|
po
|
t
|
vh
|
B.
Pembahasan
Pengamatan tanah
menggunakan indra merupakan cara
untuk menentukan sifat-sifat fisika tanah, dimana hanya dengan mengamati
sifat-sifat fisika tanah kita dapat mengklasifikan tanah ke dalam suatu
kelas tanah menggunakan
indra, seperti indra peraba dengan merasakan sifat tanah menggunakan kulit kita.
Sifat-sifat tanah yang diamati yaitu tekstur, struktur, warna tanah. Pengamatan tanah dengan
indra memiliki banyak tujuan dan kegunaan di berbagai bidanng salah satunya
yaitu di bidang pertanian. Pengamatan indra ini penting untuk memudahkan petani
dalam nenentukan baik tidaknya lahan untuk ditanami tanaman serta tanaman apa
yang baik untuk ditanam di lahan tersebut melalui pengamatan warna tanah,
tekstur tanahnya, struktur tanahnya, serta konsistensi tanahnya.
Hubungan
antara warna tanah dengan kondisi tanah yang ada sangat erat karena kondisi
dalam tanah yang ada dapat mempengaruhi warna tanah. Di lapisan bawah, di mana
kandungan bahan organik umumnya rendah, warna tanah dapat dipengaruhi oleh
bentuk dan banyaknya senyawa Fe yang didapat dalam tanah. Di daerah berdrainase
buruk yaitu daerah yang selalu tergenang air yang biasanya terjadi akumulasi
bahan orgamik pada lapisan atas tanah maka, seluruh tanah berwarna abu-abu atau
gelap ini juga disebabkan karena senyawa Fe terdapat dalam keadaan reduksi (Fe++).
Pada tanah yang berdrainase baik yaitu tanah yang tidak pernah terendam air, Fe
terdapat dalam keadaan oksidasi (Fe+++). Misalnya pada senyawa Fe2O3
(hematit) yang berwarna merah, atau Fe2O3 . 3H3O
(limolit) yang berwarna kuning coklat. Bila ttanah kadan-kadang basah
kadang-kadang kering, maka disamping abu-abu (daerah yang tereduksi) didapat
pula becak-becak karatan merah atau kuning yaitu di tempat-tempat dimana udara
dapat masuk sehingga terjadi oksidasi besi di tempat tersebut. Beberapa jenis
mineral seperti kuarsa dapat menyebabkan warna tanah menjadi lebih terang.
Metode
pengukuran tekstur tanah ada 2 yaitu metode pengukuran tekstur tanah secara kualitatif
yaitu metode perasaan di lapangan atau uji kualitatif. Metode ini dimulai
dengan masa tanah kering atau lembab dibasahi secukupnya kemudian dipijat
diantara ibu jari dan telunjuk sehingga membentuk bola lembab. Hal yang
dirasakan adalah kasar atau licin. Kemudian ditentukan tekstur berdasarkan
tabel dan metode pengukuran tekstur tanah secara kuantitatif. Pada metode ini
terdapat analisis ukuran partikel, yaitu menghilangkan bahan-bahan pengikat
tanah. Penetapan tekstur dilakukan di laboraturium menggunakan metode analisis
ini untuk proses penentuan jumlah separat-separat dibawah ukuran 2 mm.
Metode
pengukuran struktur tanah yang sering digunakan dapat dilakukan secara
secara kualitatif yaitu dibuat profil tanah kemudian diamati bentuk agregat,
ukuran dan derajatnya, kemantapan agregat dapat diuji dengan mengambil bongkah
tanah kemudian direndam dalam air dan alkohol, menyiramkan air pada permukaan
tanah dapat diketahui permeabilitasnya, dengan alat penetrometer dapat
diketahui kekohesifan tanahnya dan dapat dilakukan secara kuantitatif
distribusi ruang pori dapat ditentukan dengan menjenuhi sampel tanah dengan air
kemudian mengusir dengan tegangan yang semakin meningkat, Porositas total tanah
dapat dihitung dari pengukuran berat volume dan berat jenis tanahnya,
Distribusi agregat dapat ditentukan dengan cara pengayakan kering, Kemantapan
agregat dapat diukur dengan pengayakan basah, Permeabilitas tanah dapat diukur
dengan permeameter, Derajat pengerutan dapat diukur dengan berat volume tanah
basah dan berat volume tanah kering mutlak. Pada praktikum kali ini kita akan
menggunakan metode pengukuran yang mudah yaitu dengan cara sembongkah tanah
diambil dari lapisan horison tanah, kemudian dipecah dengan cara menekan dengan
ibu jari atau dijatuhkan dari ketinggian tertentu, sehingga bongkah tanah akan
pecah secara alami. Pecahan tersebut menjadi agregat mikro (ped) yang merupakan
strktur tanah.
Pada
praktikum pengamatan dengan indra dapat diperoleh data untuk pengamatan warna
tanah dengan buku Munsell Soil Color Chart diketahui warna tanah vertisol
berada pada notasi warna 10 YR 3/1 yang berarti mempunyai nama warna tanah Very
Dark Grey, tanah inceptesol berada pada notasi warna 10 R 2,5/1 yang berarti
mempunyai nama warna tanah Reddish Black, tanah ultisol berada pada notasi
warna 2,5 YR 2,5/4 yang berarti mempunyai nama warna tanah Dark Reddis Brown,
tanah entisol berada pada notasi warna 7,5 YR 3/2 yang berarti mempunyai warna
tanah Dark Brown, tanah andisol berada pada notasi warna 10 YR 2/2 yang berarti
mempunyai nama warna tanai Very Dark Brown
Pengamatan
struktur tanah didapatkan tanah vertisol mempunyai struktur tanah type gumpal,
kelas sangat halus denngan ukuran 3 mm, derajat kuat (3). Tanah inceptesol
mempunyai struktur tanah type gumpal, kelas halus dengan ukuran 5 mm, derajat
lemah (1). Tanah ultisol mempunyai struktur tanah type remah, kelas lemah,
derajat kasar. Tanah entisol mempunyai struktur tanah type kersai, kelas kasar
dengan ukuran 10 mm, derajat cukupan (2). Tanah andisol mempunyai struktur
tanah type remah, kelas sedang dengan ukuran 5 mm, derajat lemah (1).
Pengamatan
konsistensi tanah didapatkan data untuk tanah vertisol mempunyai konsistensi
basah dengan kelekatan s (lekat) dan keliatan p (plastis), konsistensi lembab
et (sangat teguh sekali), konsistensi kering eh (sangat keras sekali). Tanah
inceptesol mempunyai konsistensi basah dengan kelekatan ss (agak lekat) dan
keliatan p0 (tidak plastis), konsistensi lembab f (gembur), konsistensi kering
vh (sangat keras). Tanah ultisol mempunyai konsistensi basah dengan kelekatan
ss (agak lekat) dan keliatan p (plastis), konsistensi lembab i (lepas), konsistensi
kering eh (sangat keras sekali). Tanah entisol mempunyai konsistensi basah
dengan kelekatan s0 (tidak lekat), konsistensi lembab f (gembur), konsistensi
kering h (keras). Tanah andisol mempunyai konsistensi basah dengan kelekatan ss
(agak lekat) dan keliatan p0 (tidak plastis), konsistensi lembab t (teguh),
konsistensi kering vh (sangat keras).
V.
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Pengamatan jenis suatu
tanah dapat ditentukan dari 4 cara yaitu Warna tanah, Tekstur Tanah, Struktur
Tanah dan Konsistensi. Dengan cara tersebut kita dapat menentukan warna tanah
menggunakan buku Munsell Soil Color Chart. Tekstur tanah, struktur tanah dan
konsistensi tanah dapat dilakukan dengan segumpal tanah yang diberikan air lalu
dapat ditentukan dengan menggunakan jari telunjuk dan ibu jari, lalu tanah
ditekan-tekan. Pengamatan dengan indra ini dilakukan untuk mengetahui jenis
tanah yang baik dan tepat untuk ditanami dengan berbagai macam tanaman dengan
pemeliharaan tanaman yang mudah.
Hasil
praktikum pada kelompok kami yaitu tanah vertisol yang mempunyai konsistensi
basah dengan kelekatan s (lekat) dan keliatan p (plastis), konsistensi lembab
et (sangat teguh sekali), konsistensi kering eh (sangat keras sekali).
B.
Saran
Dalam
praktikum pengamatan tanah dengan indra dituntut untuk dapat menggunakan indra
perasa atau peraba dengan baik yaitu kulit pada tangan tepatnya dan dapat lebih
teliti dalam menentukan warna tanah, tekstur tanah, struktur tanah, dan
konsistensi. Pada saat praktikum menggunakan berbagai jenis tanah, sebaiknya
dijelaskan atau dituliskan pada penuntun praktikum apa itu yang dimaksud tanah
vertisol, andisol, entisol, inceptisol, ultisol.
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Nurhajati Hakim, Ir. M. Yusuf
Nyakpa, dkk. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Lampung.
Dr. Ir. Kemas Ali Hanafiah, M.S.
2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah.
Penerbit Jurusan Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor.
Prof. Dr. Ir. H.
Sarwono Hardjowigeno, M.Sc. 2015. Ilmu
Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta.
Sarief, Saifuddin.1986. Ilmu Tanah Pertanian.
PustakaBuana. Bandung.
Tan, Kim. 1991. Dasar-Dasar
Kimia Tanah. Balai Penelitian The dan Kina. Bandung.
Sarwono Hardjowigeno S. 2007. Ilmu
Tanah. Penerbit Akademi Pressindo. Jakarta.
Sutedjo, Mul Mulyani, A. G.
Kartasapoetra. 2002. Pengantar Ilmu Tanah. Rineka Cipta. Jakarta.
Purwowidodo, 1991. Ganesa tanah.
Rajawali Press. Jakarta.
LAMPIRAN


LAPORAN PRAKTIKUM
TANAH DAN
PEMUPUKAN
ACARA IV
PENGENALAN PUPUK

Oleh:
Dea
Nabilah Anggasta
NIM
A0A015032
KEMENTERIAN
RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS
JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS
PERTANIAN
PURWOKERTO
2016
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Penggunaan pupuk pada
tanah pertanian terutama pupuk kadang telah dimulai berabad-abad yang silam
sesuai dengan sejarah pertanian. Penggunaan senyawa kimia sebagai pupuk untuk
mendapatkan hasil yang lebih tinggi telah dikenal lebih kurang seratus tahun
yang lali. Sekarang hal ini telah menjadi suatu keharusan untuk mempertahankan produksi
yang konstan dan tinggi.
Tanaman untuk hidupnya
membutuhkan paling tidak 13 unsur hara esensialuang diperoleh dari tanah. Unsur
kalsium dan magnesium biasanya diberikan ke dalam tanah adalah sebagai kapur,
pada tanah-tanah yanng kekurangan magnesium dan kalsium. Belerang dapat
dijumpai dalam berbagai pupuk sehingga hal ini kurang mendapat perhatian.
Ketiga unsur diatas bila ditinjau dari hara secara umum tidaklah kritis berada
didalam tanah.
Hingga sekarang yang
menjadi permasalahan adalah unsur nitrogen, fosfor, dan kalium. Unsur-unsur ini
sering sekali mengalami defisiensi didalam tanah sehingga sering ditambahkan ke
dalam tanah melalui pemupukan yang mengandung unsur-unsur tersebut. Ketiga
unsur tadi disebut unsur-unsur pupuk. Disamping pula kepentingan unsur hara
mikro tidak boleh diabaikan walaupim dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit.
Dalam pengertian ehari-hari
pupuk adalah suatu bahan yang digunakan untuk memperbaiki kesuburan tanag.
Pemupukan merupakan penambahan bahan tersebut ke tanah agar menjadi lebih
subur. Oleh karena itu, pemupukan pada umumnya diartikan sebagai penambahan
zathara tanaman ke dalam tanah. Dalam arti luas pemupukan juga termasuk
penambahan bahan-bahan lain yang dapat memperbaiki sifat-sifat tanah misalnya
pemberian pasi pada tanah liat, penambahan tanah mineral pada tanah organik,
pengapuran dan sebagainya yang disebut ameliorasi.
B.
Tujuan
1.
Praktikum dapat
mengenal macam pupuk dan dapat membedakannya.
2.
Mengetahui sifat
masing-masing pupuk dalam hal warna, bentuk, pH, sifat higroskopis, kelarutan,
kadar hara beberapa macam pupuk.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Pupuk merupakan
salah satu faktor produksi utama selain lahan, tenaga kerja dan modal.
Pemupukan memegang peranan penting dalam upaya meningkatkan hasil pertanian.
Anjuran pemupukan terus ditingkatkan melalui program pemupukan berimbang, namun
sejak sekitar tahun 1986 terjadi gejala pelandaian produktivitas (levelling
off), suatu petunjuk terjadi penurunan efisiensi pemupukan karena berbagai
faktor tanah dan lingkungan yang harus dicermati.
Takaran
pupuk yang digunakan unstuck memupuk satu jenis tanaman akan berbeda
untuk masing-masing jenis tanah, hal ini dapat dipahami karena setiap jenis
tanah memiliki karakteristik dan susunan kimia tanah yang berbeda. Salah satu
cara untuk mengembalikan tingkat kesuburan tanah tersebut adalah dengan
melaksanakan pemupukan.
Beberapa
hal penting yang perlu dicermati untuk mendapatkan efisiensi dalam pemupukan
antara lain jenis pupuk yang digunakan, sifat dari pupuk tersebut, waktu
pemupukan dan syarat pemberian pupuk serta cara atau metode pemupukan.
Dengan
tingginya hasil tanaman yang dipanen, berarti jumlah unsur hara yang diambil
oleh tanaman dari dalam tanah akan banyak pula karena pengambilan unsur hara
dari dalam tanah berlangsung secara paralel terhadap pembentukan bahan kering
atau produksi tanaman. Sehingga untuk tahun-tahun pertanaman berikutnya unsur
hara yang berada didalam tanah lambat laun akan terus berkurang.
Pupuk
digolongkan menjadi dua, yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik
adalah pupuk yang terbuat dari sisa-sisa mahluk hidup yang diolah melalai
proses pembusukan (dekomposisi) oleh bakteri pengurai. Contohnya adalah pupuk
kompos dan pupuk kandang. Pupuk kompos berasal dari sisa-sisa tanaman, dan
pupuk kandang berasal dari kotoran ternak. Pupuk organik mempunyai komposisi.
Kandungan unsur hara yang lengkap, tetapi jumlah tiap jenis unsur hara tersebut
rendah. Sesuai dengan namanya, kandungan bahan organik pupuk ini termasuk
tinggi.
Pupuk
organik buatan adalah pupuk organik yang dibuat dengan teknologi tinggi
sehingga dihasilkan pupuk yang bersifat organik tetapi dengan bentuk fifik dan
cara kerja seperti pupuk kimia. Pupuk ini mampu memperbaiki sifat fisik.pupuk
ini juga tidak mencemari lingkungan. Karena itu konsep “Organic Farming” yang
mengenjurkan pemupukan hanya dengan pupuk organik dan tidak menggunakan pupuk
anorganik yang dapat mencemari lingkungan mulai banyak dikembangkan.
Pupuk
anorganik atau pupuk buatan adalah jenis pupuk yang dibuat oleh pabrik dengan
cara meramu berbagai bahan kimia sehingga memiliki persentase kandungan hara
yang tinggi. Contohnya pupuk anorganik adalah Urea, TSP, dan Gandasil. Jenis
pupuk buatan sangat banyak. Menurut jenis unsur hara yang dikandungnya dapat
dibagi menjadi dua, yaitu pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Pada pupuk tunggal,
jenis unsur hara yang dikandungnya hanya satu macam. Biasanya berupa unsur hara
makro primer, misalnya urea yang hanya mengandung unsure nitrogen.
Pupuk majemuk adalah pupuk ini lebih praktis, karena hanya dengan satu jenis
unsur hara. Penggunaan pupuk ini lebih praktis, karena hanya dengan satu penebaran,
beberapa jenis unsur hara dapat diberikan. Contohnya pupuk majemuk antara lain
diamonium phosphat yang mengandung unsur nitrogen, Phosphor, dan kalium.
Nitrogen
tidak tersedia dalam bentuk mineral alami seperti unsur hara lainnya. Sumber
nitrogen yang terbesar berupa udara yang sampai ke tanah melalui air hujan atau
udara yang diikat oleh bakteri pengikat nitrogen. Nitrogen dapat kembali ke
tanah melalui pelapukan sisa mahluk hidup (bahan organik). Nitrogen yang
berasal dari bahan organik ini dapat dimanfaatkan oleh tanaman setelah melalui
tiga tahap reaksi yang melibatkan aktivitas mikroorganisme tanah. Tahap reaksi
tersebut adalah penguraian protein yang terdapat pada bahan organic menjadi
asam amino. Perubahan asam amino menjadi senyawa-senyawa ammonia dan ammonium.
Dan perubahan senyawa ammonia menjadi nitrat yang disebabkan oleh bakteri.
Kandungan
unsur hara pada pupuk dan manfaatnya bagi tanaman yaitu Pupuk Urea (CO(NH2)2)
mengandung 46 % nitrogen (N), karena kandungan N yang tinggi menyebabkan pupuk
ini menjadi sangat higroskopis. Urea sangat mudah larut dalam air dan bereaksi
cepat, juga mudak menguap dalam bentuk ammonia. Jika di dalam tanah, nitrogen
urea berubah menjadi ammonium akan terikat langsung oleh koloid tanah. Bahan
organik, sebagian besar phosphor yang mudah larut oleh mikroorganisme tanah
untuk pertumbuhannya. Phosphor ini akhirnya berubah menjadi humus. Karena itu
menyediakan cukup phosphor, kondisi tanah yang menguntungkan bagi perkembangan
mikroorganisme tanah sangat perlu untuk dipertahankan.
Unsur
hara lain, tercukupi jumlah unsur hara lain dapat meningkatkan penyerapan
phosphor. Amonium yang berasal dari nitrogen dapat meningkatkan phosphor.
Kekurangan unsur hara mikro dapat mengahmbat respon tanaman terhadap pemupukan
phosphor.
Pupuk
SP-36 mengandung 36 phosphor dalam bentuk P2O5. Pupuk ini terbuat dari
phosphate alam dan sulfat. Berbentuk butiran dan berwarna abu-abu. Sifatnya
agak sulit larut di dalam air dan bereaksi lambat sehingga selalu digunakan
sebagai pupuk dasar. Reaksi kimianya tergolong netral, tidak higroskopis, dan
tidak bersifat membakar.
Pupuk
KCl mengandung 45 % K2O dan khor, bereaksi agak asam, dan bersifat higrokopis.
Khor berpengaruh negative pada tanaman yang tidak membutuhkannya misalnya
kentang, wortel, dan tembakau.
Pupuk
NPK berdasarkan kandungan unsur hara dan harga jualnya perhitungan harga setiap
unsur hara di dalam pupuk N,P,K 16:16:16 sebagai berikut dalam 1 kg pupuk NPK
16:16:16 terkandung 160 gram N, 160 gram P2O5 dan
160 gram K2O. Pupuk N,P,K ini memiliki unsure yang hanya
mengandalkan cadangan yang ada di dalam tanah. Akibatnya, akhir-akhir ini
gejala kekurangan unsur-unsur lain mulai dirasakan.
Pupuk
bokasi adalah sisa-sisa tanaman atau serasa/sisa-sisa tanaman di mana pada
penggomposannya dibantu oleh avtifator. Pupuk bokasi ini memiliki kandungan
unsur hara didalam bahan organik, sebagiannya dapat langsung digunakan oleh
tanaman, sebagian lagi tersimpan untuk jangka waktu yang lebih lama. Bahan
organik harus mengalami dekomposisi (pelapukan) terlebih dahulu sebelum
tersedia bagi tanman.
Tingkat
kelarutan pada berbagai jenis pupuk yaitu Pupuk Urea tingkat kelarutan pupuk
urea sangat mudah larut dalam air dan bereaksi cepat, juga mudak
menguap dalam bentuk ammonia. Hal ini sesuai dengan pendapat bahwa nitrogen
yang ada dalam tanah dapat hilang karena terjadinya penguapan, pencucian oleh
air, atau terbawa bersama tanaman, tanah yang basa atau sangat padat bias
menyebabkan kondisi anaerob (tidak terdapat cukup oksigen di dalam tanah).
Pupuk
SP-36 tingkat kelarutan Pupuk SP36 agak sulit larut di dalam air dan bereaksi
lambat karena reaksi kimianya tergolong netral, tidak higroskopis, dan tidak
bersifat membakar. Hal ini sesuai dengan pendapat (Novisa, 2003) bahwa
ketersedian phosphor di dalam tanah ditentukan oleh banyak factor tetapi yang
paling penting adalah pH tanah. Pada tanah ber-pH rendah (asam), phosphor akan
bereaksi dengan ion besi dan aluminium. Reaksi ini membentuk besi fosfat atau
aluminium fosfat yang sukar larut di dalam air sehingga tidak dapat digunakan
oleh tanaman.
Pupuk
NPK tingkat kelarutan Pupuk NPK ini mudah larut dalam air karena N dalam bentuk
ammonium dan nitrat yang tidak dilapisi bahan penolakan air.ini disebabkan rena
peningkatan kebutuhan tanaman pada seluruh unsur hara esensial. Tidak hanya
unsure makro primer, tetapi juga unsure makro sekunder dan unsure mikro.
Pupuk KCl tingkat
kelarutan pupuk KCl ini sulit larut dalam air karena bereaksi agak asam, dan
bersifat higrokopis.
Pupuk
Bokasi tingkat kelarutan bokasi tidak mudah larut dalam air meskipun pupuk
bokasi ini termasuk memiliki kandungan bahan organik yang tinggi, hal ini
disebabkan karena salah satu sifat-sifat bokasi yang membuat tingkat
kelarutannya rendah.
III.
METODE PRAKTIKUM
A.
Alat
dan Bahan
Alat-alat
yang digunakan dalam praktikum pengenalan pupuk diantaranya yaitu tabung
reaksi, gelas piala, cawan petridis, kertas buram, sendok, kertas label, ph
stick, timbangan elektrik. Sementara itu bahan yang digunakan dalam praktikum
adalah aneka pupuk dan aquadest.
B.
Cara
Kerja
1.
Catat warna,
bentuk, dan kadar unsur hara beberapa macam pupuk.
2.
Kelarutan :
Masing-masing pupuk diambil satu sendok, masukkan ke dalam gelas piala yang
diisi aquadest yang sama (50 ml), catat kecepatan larutnya.
3.
pH :
Masing-masing pupuk diambil 1 sendok, masukkan ke dalam tabung reaksi,
tambahkan aquadest dengan perbandingan 1:2,5. Kocok dan diamkan sampai bening.
4.
Higroskopis :
Masukkan 1 sendok pupuk ke dalam petridis yang diberi alas kertas buram,
ratakan permukaannya. Amati selama 3 hari sifat higroskopisnya dan catat
hasilnya.
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
Pengamatan Macam-Macam Pupuk
Nama Pupuk
|
Warna
|
Bentuk
|
Hadar Hara
|
Higroskopis
|
Kelarutan
|
pH
|
Phonska
|
Merah
|
Padat (Bulat)
|
P = 36%
|
Sangat Higroskopis
|
Agak Larut
|
6
|
KCl
|
Merah Putih
|
Padat (Kristal)
|
K2O = 50%
|
Agak Higroskopis
|
Tidak Larut
|
7
|
NPK Mutiara
|
Biru Muda
|
Padat
|
N = 16%
K = 16%
P = 16%
|
Tidak Higroskopis
|
Agak Larut
|
6
|
Supergro
|
Biru Muda
|
Cair
|
N = 7,5%
P2O5 =
2%
K2O = 3%
|
-
|
Larut
|
-
|
Gandasil D
|
Hijau Muda
|
Kristal
|
N = 20%
Fosfor = 25%
|
Sangat Higroskopis
|
Tidak Larut
|
7
|
ZA
|
Orange
|
Padat (Kristal)
|
21%
|
Agak Higroskopis
|
Agak Larut
|
5
|
SP-36
|
Abu-abu
|
Padat (Mutiara)
|
P2O5 =
36%
|
Tidak Higroskopis
|
Agak Larut
|
3
|
Bahan Fosfat Alam
(BFA)
|
Hijau Keabu-abuan
|
Bubuk
|
P = 36%
|
Tidak Higroskopis
|
Agak Larut
|
7
|
NPK
|
Cokelat
|
Butiran Bulat
|
N = 15%
P = 15%
K = 15%
|
Agak Higroskopis
|
Tidak Larut
|
5
|
Gandasil B110
|
Merah Muda
|
Bubuk
|
N = 6%
P2O5 =
20%
K2O = 30%
|
Agak Higroskopis
|
Larut
|
7
|
Urea
|
Merah Muda
|
Kristal
|
N = 46%
|
Sangat Higroskopis
|
Tidak Larut
|
7
|
NPK Plus TE
|
Biru Tua
|
Cair
|
N = 8,8%
P2O5 =
20%
K2O = 2,2%
Mg = 0,01%
|
-
|
Larut
|
-
|
B.
Pembahasan
Pupuk adalah suatu
bahan yang digunakan untuk memperbaiki kesuburan tanah. Pupuk dapat dibedakan
menjadi pupuk alam dan pupuk buatan. Pupuk alam adalah pupuk yang langsung
didapat dari alam misalnya fosfat alam, pupuk organik (pupuk kandang, pupuk
hijau, pupuk kompos), dan sebagainya. Jumlah dan jenis unsur hara dalam pupuk
alam terdapat secara alami. Pupuk buatan adalah pupuk yang dibuat di pabrik
dengan jenis dan kadar haranya sengaja ditambahkan dalam pupuk tersebut dalam
jumlah tertentu.
Pupuk buatan dapat
dibedakan menjadi pupuk tunggak dan pupuk majemuk. Pupuk tunggal adalah pupuk
yang hanya mengandung satu macam unsur hara misalnya pupuk Urea (46% NO), KCl
(50% K2O), ZA (20% N), SP-36 (36% P2O5), TSP
(48% P2O5) dan sebagainya. Pupuk majemuk adalah pupuk
yang mengandung lebih dari satu unsur hara misalnya pupuk NP : Ammophos,
Supertifikfos, pupuk NPK contohnya Rustika Yellow (15:15:15)
Air aquades digunakan
dalam pengamatan pH tanah karena Air aquades atau Air
murni bersifat netral, dengan pH-nya pada suhu 25 °C
ditetapkan sebagai 7,0, sehingga dalam pengamatan pH tanah akan mendapatkan
data yang valid. Larutan dengan pH kurang daripada tujuh disebut bersifat asam, dan larutan dengan pH lebih daripada tujuh dikatakan
bersifat basa atau alkali.
Pengukuran
pH sangat penting dalam bidang yang terkait dengan kehidupan atau industri
pengolahan kimia seperti kimia, biologi, kedokteran, pertanian, ilmu pangan, rekayasa (keteknikan), dan pseanografi.
Tentu saja bidang-bidang sains dan teknologi lainnya juga memakai meskipun
dalam frekuensi yang lebih rendah.
Kandungan
tiap-tiap unsur hara dalam pupuk berbeda karena banyaknya unsur hara merupakan
faktor utama untuk menilai pupuk tersebut, karena jumlah umsur hara menentukan
kemampuan untuk menaikan kadar unsur hara dalam tanah. Pada dasarnya makin
tinggi kadar unsur haranya makin baik. Kadar unsur hara dalam pupuk N, P, dan K
dinyatakan dalam persen N, P2O5, dan K2O.
Misalnya urea 45% N artinya tiap 100 kg urea mengandung 45 kg N. Meskipun kadar
unsur hara dalam pupuk P dan pupuk K dinyatakan dalam persen P2O5
dan persen K2O sebetulnya dalam pupuk sendiri tidak terdapat senyawa
P2O5, dan K2O karena pupuk P biasanya terdapat
sebagai monokalsiumfosfat, kalsium atau amoniumfosfat dan sebagainya. Pupuk K
umumnya terdapat dalam kalium dalam bentuk kalium khorida atau kalium sulfat.
Demikian juga P diambil tanaman biasanya dalam bentuk H2 PO4-
sedang K sebagai ion K+.
Dari
praktikum yang telah dilakukan, dapat diperoleh data berbagai jenis pupuk yaitu
pupuk phonska dengan warna merah, berbentuk padat (bulat), kadar hara P = 36%, yang
sangat higroskopis, dengan kelarutan agak larut, dan mempunyai pH sebesar 6.
Pupuk KCl dengan warna merah putih, berbentuk padat (kristal), kadar hara
sebesar K2O = 50%, keadaan agak higroskopis, tidak larut, dan
mempunyai pH sebesar 7. Pupuk NPK mutiara dengan warna biru muda, berbentuk
padat, kadar hara sebesar N = 16%, P = 16%, K = 16%, keadaan tidak igroskopis,
agak larut, dan mempunyai pH sebesar 6. Pupuk super gro dengan warna biru muda,
berbentuk cair sehingga tidak mempunyai pH dan higroskopis tidak dapat diukur,
kadar air sebesar N = 7,5%, K2O = 3%, P2O5 = 2
%, larut. Pupuk Gandasil D dengan warna hijau muda, berbentuk kristal, kadar
hara sebesar N = 20%, fosfor = 25%, sanggat higroskopis, tidak larut, dan
mempunyai pH sebesar 7. Pupuk ZA dengan warna orange, berbentuk padat
(kristal), kadar air sebesar 21%, agak higroskopis, aagak larut, dan mempunyai
pH sebesar 5. Pupuk SP-36 dengan warna abu-abu, berbentuk padat mutiara, kadar
hara sebesar P2O5 = 36%, tidak higroskopis, agak larut,
dan mempunyai pH sebesar 3. Pupuk Bahan Fosfat Alam (BFA) dengan warna hujau
keabu-abuan, berbentuk bubuk, kadar hara sebesar P = 36%, tidak higroskopis,
agak larut, dan mempunyai pH sebesar 7. Pupuk NPK dengan warna coklat,
berbentuk butiran bulat, kadar hara sebesar N = 15%, P = 15%, K = 15%, agak
higroskopis, tidak larut, dan mempunyai pH sebesar 5. Pupuk Gandasil B110
dengan warna merah muda, berbentuk bubuk, kadar hara sebesar N = 6%, MgSO4
= 1%, P2O5 = 20%, K2O = 30%, agak higroskopis,
larut, dan mempunyai pH sebesar 7. Pupuk Urea dengan warna merah muda,
berbentuk kristal, kadar hara sebesar N = 46%, sangat higroskopis, tidak larut,
dan mempunyai pH sebesar 7. Pupuk NPK Plus TE dengan warna biru tua, berbentuk
cair sehingga tidak mempunyai kadar higroskopis dan kadar hara, N = 8,8%, Mg =
0,01%, P2O5 =
2,0%, K2O = 2,2%, larut.
V.
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Pengenalan pupuk dapat
mengetahui berbagai jenis tanah misalnya pupuk tunggal seperti pupuk Urea (46%
N0), KCl (50% K2O), ZA (20% N), SP-36 (36% P2O5),
TSP (48% P2O5) dan sebagainya dan pupuk majemuk misalnya pupuk
NP : Ammophos, Supertifikfos, pupuk NPK contohnya Rustika Yellow (15:15:15).
Dengan adanya praktikum pengenalan pupuk dapat mengetahui sifat-sifat pupuk
seperti warna, bentuk, Ph, sifat higroskopis, kelarutan, kadar hara beberapa
macam pupuk. Yang berbeda-beda pada masing-masing jenis pupuk tersebut.
Dari
praktikum yang telah dilakukan, dapat diperoleh data berbagai jenis pupuk yaitu
dari kelompok kami ada pupuk phonska dengan warna merah, berbentuk padat (bulat),
kadar hara P = 36%, yang sangat higroskopis, dengan kelarutan agak larut, dan
mempunyai pH sebesar 6 dan Pupuk KCl dengan warna merah putih, berbentuk padat
(kristal), kadar hara sebesar K2O = 50%, keadaan agak higroskopis,
tidak larut, dan mempunyai pH sebesar 7.
B.
Saran
Sebaiknya dijelaskan
jenis-jenis pupuk tersebut serta dijelaskan pula kegunaan masing-masing jenis
pupuk untuk lebih mengenal jenis-jenis pupuk dan manfaatnya. Pada saat
praktikum dibutuhkan ketelitian dalam menentukan warna, bentuk, higroskopis,
kelarutan dan pH pupuk tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Nurhajati Hakim, Ir. M. Yusuf
Nyakpa, dkk. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Lampung.
Prof. Dr. Ir. H.
Sarwono Hardjowigeno, M.Sc. 2015. Ilmu
Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta.
Hardjowigeno, S.
2003. Klasifikasi Tanah dan
Pedogenesis. Akademika Pressindo Jakarta.
Jumin Hasan
Basri, 1994. Dasar-Dasar Agronomi.
Akademika Pressindo Jakarta.
Novizan,
2003. Petunjuk Pemupukan Yang
Efektif. Agromedia. Jakarta.
Prof. Dr. Ir. H.
Sarwono Hardjowigeno, M.Sc. 2015. Ilmu
Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta.
Dr. Ir. Kemas Ali Hanafiah, M.S.
2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah.
Penerbit Jurusan Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor.
LAMPIRAN







LAPORAN PRAKTIKUM
TANAH DAN
PEMUPUKAN
ACARA V
PEMBUATAN PUPUK CAMPUR

Oleh:
Dea
Nabilah Anggasta
NIM
A0A015032
KEMENTERIAN
RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS
JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS
PERTANIAN
PURWOKERTO
2016
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pupuk adalah material
ditambahkan pada media
tanam atau tanaman untuk
mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga mampu
berproduksi dengan baik. Setiap bahan yang diberikan kedalam tanah atau
disemprotkan ke tanaman untuk menambah unsur hara yang dibutuhkan
tanaman. Suatu bahan yang diberikan sehingga dapat mengubah keadaan fisik,
kimia dan biologi tanah agar sesuai dengan tuntutan tanaman. Pemupukan
merupakan setiap usaha pemberian pupuk yang bertujuan menambah persediaan
unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk meningkatkan produksi dan mutu
hasil tanaman.
Pupuk
anorganik dalam prosesnya dapat dicampur dengan pupuk lain, hal ini dilakukan
agar memudahkan dalam proses pemakaian dilapangan. Pada proses pencampuran
pupuk ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu sifat pupuk (kadar unsur
hara, kelarutan, higroskopis dan pH pupuk. Pupuk anorganik yang satu dengan
yang lain ada yang dapat dicampur, ada yang dapat dicampur tetapi harus segera
dipergunakan dan tidak dapat dicampur.
Pencampuran
pupuk anorganik ini dimaksudkan untuk mengetahui jenis pupuk yang dapat
dicampur atau tidak, sebagai informasi dalam proses pencampuran pupuk di lapangan
dalam skala besar. Pelaksanaan pemupukan dianjurkan diberikan sendiri-sendiri,
tetapi pelaksanaan di lapangan agar tenaga, waktu dan biaya lebih dihemat
sering dilaksanakan pencampuran pupuk tunggal.
Untuk
kegiatan ini diperlukan pengetahuan mengenai berbagai jenis pupuk, karena tidak
semua pupuk tunggal yang dicampur berada pada titik akhir. Kadang menjadi
menggumpal, mencair, rusak atau bahkan menjadi satu senyawa yang justru
berakibat hara pupuk menjadi tidak tersedia.
B.
Tujuan
Praktikum dapat
membuat pupuk campur dari pupuk yang ada.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Pupuk
campuran adalah pupuk yang terdiri dari beberapa jenis pupuk tunggal yang
dicampur secara fisik saja. Jenis pupuk yang dicampur dapat terdiri dari
beberapa pupuk sesuai dengan kebutuhan. Dalam pupuk campuran terdapat istilah:
A.
Fertilizer
grade, merupakan perbandingan jumlah kandungan yang terdapat dalam pupuk
tersebut dalam bentuk persen.Contoh: pupuk campur NPK mengandung 15:15:15 (N
sebesar 15%, P2O5 sebesar 15%, K2O sebesar 15%).
B.
Fertilizer
rasio, merupakan perbandingan unsur yang terkandung di dalam pupuk campur dalam
bentuk porsi.Contoh: pupuk campur mengandung unsur NPK 2:1:2 (mengandung unsur
N sebanyak 2 bagian, unsur P sebanyak 1 bagian, unsur K sebanyak 2 bagian).
C.
Conditioner,
bahan yang diberikan pada pupuk campur untuk menurunkan zat negatifnya atau
pengaruh negatifnya.
D.
Filler, bahan
yang diberikan pada pupuk agar memenuhi berat tertentu (sesuai yang
dibutuhkan). Filler harus tidak mengandung unsur hara.
Tujuan
pembuatan pupuk campur adalah untuk mendapatkan pupuk yang mengandung lebih
dari satu unsur hara. Hal ini merupakan penghematan waktu, tenaga dan biaya.
Dengan sekali pemberian pupuk, kita sudah dapat memasok 2 atau lebih hara yang
dibutuhkan oleh tanaman. Pembuatan pupuk campur dengan suatu grade tertentu,
biasanya jumlah pupuk yang dicampurkan tidak sesuai dengan pupuk campur yang
diinginkan. Untuk itu, perlu bahan tambahan yang disebut pengisi (filler).
Bahan yang dapat digunakan sebagai filler harus memenuhi syarat, yakni tidak
higroskopis, tidak bereaksi dengan pupuk, dan dapat membantu dalam pemakaian
pupuk.
Bahan
pengisi atau filler yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu abu.
Sebenarnya, selain abu juga dapat menggunakan pasir, serbuk gergaji, sekam padi
atau kapur. Tujuannya agar ratio kevtilizer dapat sesuai dengan
keinginan serta agar mudah disebar secara merata.
Berdasarkan
praktikum yang dilakukan adalah Pencampuran pupuk yang baik dilakukan
berdasarkan hasil analisis sesuai dengan kebutuhan kandungan unsur hara N, P,
dan K yang dibutuhkan tanaman. didalam mencampur pupuk tidak sembarangan mencampur
harus disesuaikan dengan kandungan hara yang terdapat dalam masing-masing
pupuk.
III.
METODE PRAKTIKUM
A.
Alat
dan Bahan
Alat-alat
yang digunakan dalam praktikum pembuatan pupuk campur diantaranya adalah
timbangan analitis, plastik, sendok. Sementara itu bahan-bahan yang digunakan
dalam praktikum yaitu pupuk ZA (20% N), pupuk SP-36 (36% P2O5)
dan KCl (50% K2K2), abu dapur.
B.
Cara
Kerja
1.
Timbang
masing-masing pupuk sesuia dengan perbandingan yang diinginkan.
2.
Tambahkan bahan
pengisi (abu dapur) sebanyak (100 – jumlah perbandingan yang diinginkan).
3.
Campurkan hasil
penimbangan tersebut ke dalam kantong plastik, aduk sampai merata dan pupuk
siap digunakan.
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
Membuat Pupuk Campur
Pupuk Campur NPK 7:7:7
ZA yang di timbang = 

SP-36 yang ditimbang = 

KCl yang ditimbang = 

Jumlah =
68,4 g
Tambahan Abu Dapur = 100 – 68,4 = 31,6
g
B.
Pembahasan
Pupuk
campur adalah pupuk
yang terdiri dari beberapa jenis pupuk tunggal yang dicampur secara fisik saja.
Jenis pupuk yang dicampur dapat terdiri dari beberapa pupuk sesuai dengan
kebutuhan. Misalnya
pupuk ZA, SP-36 dan KCl dicampur menjadi satu dengan perbandingan
tertentu sesuai dengan mutu yang diinginkan.
Ada
beberapa jenis pupuk campur yang tidak dapat dicampur yaitu pupuk yang
bentuknya padat dengan pupuk yang bentuknya cair, hal ini dapat menyebabkan
kerusakan pada pupuk akibat pencampuran pupuk yang berbeda bentuknya. Selain
itu, jika jenis pupuk tetap dicampur padahal tidak dapat dicampur akan
mengakibatkan pupuk campuran memiliki
higroskopisitas tinggi yang menyebabkan terjadinya penggumpalan sehingga sukar
digunakan atau ditabur, campuran kehilangan kandungan haranya (N menguap
sebagai NH3), terbentuk
senyawa baru, sehingga hara menjadi tidak tersedia bagi tanaman.
Perbandingan antara
pupuk dan abu gosok harus tepat karena Perbandingan
menentukan tingkat kemampuan tanaman dalam menyerap unsur yang diperlukan.
Dalam pembuatan pupuk campur, hal-hal harus diperhatikan ialah kadar unsur
pupuk tunggal harus tepat. Setelah itu barulah ditentukan jumlah masing-masing
pupuk tunggal. Setelah kadar unsur hara dalam pupuk tunggal sudah tepat
penghitungannya ditambahkan bahan pengisi atau filler yaitu abu gosok agar
lengkap menjadi 100 dalam perhitugan dan pupuk campur siap untuk diberikan pada
tanaman.
Fungsi
abu gosok adalah sebagai bahan pengisi atau filler yang merupakan bahan yang diberikan pada pupuk agar
memenuhi berat tertentu (sesuai yang dibutuhkan). Filler harus tidak mengandung
unsur hara, tidak higroskopis, tidak bereaksi dengan pupuk. Abu gosok digunakan
agar pupuk campur nantinya akan mudah disebar lebih merata.
Bahan lain yang dapat digunakan sebagai filler selain abu gosok dapat
menggunakan pasir, serbuk gergaji, sekam padi, atau kapur.
Dari
praktikum yang yang sudah dilakukan pembuatan pupuk campur NPK dengan
perbandingan 7:7:7, Za yang ditimbang sebesar 35 gram, SP-36 yang ditimbang
sebesar 19,4 gram, KCl yang ditimbang sebesar 14 gram. Jumlah perbandingan yang
diperoleh adalah 68,4 gram. Bahan pengisi (filler) yang kami gunakan adalah abu
dapur sebesar 31,6 gram, sesuia dengan jumlah pupuk yang diperlukan yaitu 100
gram.
V.
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Tujuan
pembuatan pupuk campur adalah untuk mendapatkan pupuk lebih dari satu unsur
hara. Dalam praktikum ini pembuatan pupuk campur NPK dengan perbandingan 7:7:7,
Za yang ditimbang sebesar 35 gram, SP-36 yang ditimbang sebesar 19,4 gram, KCl
yang ditimbang sebesar 14 gram. Jumlah perbandingan yang diperoleh adalah 68,4
gram. Bahan pengisi (filler) yang kami gunakan adalah abu dapur sebesar 31,6
gram, sesuia dengan jumlah pupuk yang diperlukan yaitu 100 gram.
B.
Saran
Pada praktikum
pembuatan pupuk campur ini harus mengetahui karakteristik masing-masing jenis
pupuk, karena tidak semua pupuk dapat dicampur. Ada beberapa jenis pupuk yang
tidak dapat dicampur karena akan mengakibatkan kerusakan pada tanaman. Pembuatan
pupuk campur juga diperlukan ketelitian dalam penghitungan pupuk campur yang
ingin dibuat dan harus memperhatikan dosis dan kandungan yang terkandung dalam
pupuk campur tersebut agar tepat dan tidak merugikan.
DAFTAR PUSTAKA
Afandie
Rosmarkam, Nasih Widya Yuwono. 2002. Ilmu
Kesuburan Tanah. Kanisius: Yogyakarta.
Bachtiar Rifai
dan Soeroto Sosroedirdjo. Ilmu Memupuk.
Yasaguna: Jakarta.
Gaeswono,
Soepardi. 1983. Kesuburan dan
Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka Buana: Bandung.
Irawan, T.B.
2010. Pupuk dan Pemupukan. Politeknik
negeri Jember: Jember
Dr. Nurhajati Hakim, Ir. M. Yusuf
Nyakpa, dkk. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung: Lampung.
Dr. Ir. Kemas Ali Hanafiah, M.S.
2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah.
Penerbit Jurusan Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian. IPB: Bogor.
Prof. Dr. Ir. H.
Sarwono Hardjowigeno, M.Sc. 2015. Ilmu
Tanah. Akademika Pressindo: Jakarta.
LAMPIRAN

BIODATA
1. Nama : Dea Nabilah
Anggasta
2. NIM : A0A015032
3. TTL : Banyumas, 11
Februari 1997
4. Alamat : Jl. Kranji No.55
RT 05/RW 06 Purwokerto Timur
5. No. HP : 085726128888
6. E-mail : deanabilah11@gmail.com

Subscribe to:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar